Mohon tunggu...
Dicky Fathur Rahman Harahap
Dicky Fathur Rahman Harahap Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya suka berolahraga khususnya olahraga futsal, dan badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Penguatan atau Strong Dolar Amerika Serikat terhadap Mata Uang Dunia

5 April 2023   10:38 Diperbarui: 5 April 2023   10:43 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menguatnya Mata uang dolar AS terhadap mata uang rupiah dan penyebab-penyebabnya 

Menguatnya kekuatan dolar terhadap mata uang negara-negara di dunia terjadi secara terus menerus. Bahkan beberapa data menunjukan adanya situasi yang mirip dengan krisis yang parah pada mata uang di Asia pada tahun 1997-1998.

Meningkatkan kekuatan dolar AS sangatlah berpengaruh terhadap harga barang dan jasa hingga biaya utang dalam perekonomian internasional. Kalkulasi dari IMF menunjukkan setiap pelemahan sebanyak 10% suatu mata uang terhadap dolar AS, setara dengan naiknya angka inflasi 1% di negara yang nilai kursnya terdepresiasi.

Kurs rupiah sendiri akhir Oktober 2022 tercatat mengalami pelemahan di angka 9,5% terhadap dolar AS, sekaligus menjadi level terendah dalam 2,5 tahun terakhir. Pada tanggal 26 Oktober 2022, mata uang rupiah tercatat melemah ke Rp. 15.620/US$, dan tidak menutup kemungkinan akan mencapai angka Rp. 16.000/US$ yang menurut beberapa pakar ekonomi sudah berbahaya. Meskipun demikian, Indonesia termasuk dalam negara-negara yang unggul di Asia dalam kekuatan nilai tukar mata uang terhadap dolar AS. Meningkatknya kurs dolar AS di pasar internasional ini adalah murni akibat kelangkaan pasokannya diseluruh dunia.

Terdapat beberapa faktor lokal dan global yang berpotensi membuat pelemahan rupiah terhadap dolar AS terjadi dalam waktu yang lama, diantaranya:

1. Kenaikan Suku Bunga Acuan AS

Kenaikan suku bunga AS merupakan faktor utama, karena kenaikan suku bunga acuan/ Fed fund rate membuat tingkat pengembalian investasi pada aset-aset berdenominasi dolar AS menjadi semakin menarik dan aman. Fenomena ini disimbolkan oleh tingkat imbal hasil atau yield obligasi pemeritah AS, yang saat ini untuk tenor 10 tahun sudah diatas 4% yang menjadi tertinggi sejqk krisis global pada tahun 2008.

Bank sentral AS (Fed)  menaikkan suku bunga secara agresif dikarenakan inflasi yang mulai muncul. Fed menaikkan suku bunga hingga 300 basis poin (bp) dalam tempo tidak sampai satu tahun, menjadi 3.00-3.25% pada pertemuan September lalu.

Sebenarnya, tingkat inflasi tahunan AS sudah mejingkat sejak bulan Juni yaitu mencapai angka 9,1% menjadi 8,2% pada September, tetapi level 8% tetap tertinggi sejak era great inflation 1980-an. Karenanya, Fed diprediksi akan terus menaikkan suku bunga acuannya, hingga inflasi mereda di kisaran target jangka panjang 2%. Rapat FOMC selanjutnya berlangsung bulan depan, dan diprediksi ada kenaikan sehingga makin memperkering likuditas dolar AS.

2. Operasi Quantitative Tightening (QT),

Selain keanikan suku bunga, faktor lainnya ialah rencana Fed untuk menarik kembali dolar AS yang ada di sistem keuangan mereka, rencananya Fed akan menarik kembali lebih dari 552 miliar US$ pada akhir 2021 dan lebih dari 1,1 triliun pada akhir 2023.

Dengan adanya kebijakan Quantitative tightening (QT) akan berimbas pada berkurangnya atau langkanya pasokan dolar AS di pasar internasional, akibatnya kekuatannya akan semakin meningkat terhadap nilai mata uang negara-negara lainnya.

  3. Sumber-Sumber Dolar AS Mengering

Global Trade Analytics Suite pada bulan  Oktober 2022 memperkirakan  pertumbuhan perdagangan dunia tahun 2022 akan mengalami kontraksi, atau di bawah nol dan berlanjut hingga 2023 sebelum naik kembali pada 2024.

Penurunan aktivitas perdagangan dunia memicu menurunnya likuditas dolar AS secara global, sebab dari sanalah likuditas dolar AS menyebar keberbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Menurut data IMFl, pangsa pasar ekspor AS dalam perdagangan dunia mengalami penurunan, dari 12% menjadi 8% sejak tahun 2000, namun pangsa pasar mata uang dolar AS dalam kegiatan perdagangan dunia tetap bertahan di angka 40%.

Di Indonesia, pertumbuhan impor yang tinggi memicu kelangkaan dolar AS, karena kebutuhan akan dolar AS meningkat.

Meskipun dalam neraca dagang terlihat selalu surplus,namun secara tahunan nilai impor lebih tinggi dari ekspor, yaitu impor di angka 36,77% dan ekspor diangka 25,31%.  

4. Eksportir Sengaja Tahan Dolar AS

Kenaikan suku bunga acuan di AS juga berimbas pada kenaikan suku bunga simpanan valuta asing di semua negara, termasuk Indonesia. Prediksi ekonomi yang suram dan penguatan nilai dolar di waktu yang akan datang menjadi alasan bagi pemilik dolar AS untuk menyimpan uangnya ke dalam simpanan, lebih buruknya lagi, banyak yang menukarkan tabungan rupiahnya ke mata uang dolar AS. Para eksportir juga enggan menukarkan uang mereka kedalam mata uang rupiah, dan lebih memilih untuk menyimpannya dalam nilai dolar karena prospek ekonomi yang buruk di hari mendatang.

5. Asing Berbondong Keluar Dari Pasar Obligasi

Pada Oktober 2022, dalam data kementerian keuangan, tercatat dana asing yang keluar dari pasar Surat Berharga Negara mencapai Rp. 172,80 triliun atau sekitar US$ 11 miliar. Dana keluar tersebut kelihatannya benar-benar keluar dari Indonesia, dan tidak termasuk kedalam pasar saham yang status aliran dana asingnya masih positif. Hal ini dikarenakan investasi di saham lebih pemerintah.

6. Bayar Dividen dan Bayar Utang

Aktivitas perusahaan yang kepemilikannya mayoritas asing menjadi pemicu mengalirnya dolar AS keluar dari Indonesia. Hal itu ketika mereka melakukan pembagian keuntungan kepada si pemilik dengan menukarkan pendapatan mereka dalam rupiah menjadi dolar AS kepada si pemilik dengan jumlah yang tidak sedikit.

7. Ulah Spekulan

Spekulan juga turut menjadi faktor penyebab penguatan terhadap dolar AS. Hal ini terjadi ketika sejumlah spekulan bermain di pasar internasional secara legal. Adanya spekulan-spekulan ini memperbesar tekanan terhadap rupiah pada keadaan-keadaan buruk tertentu. 

Selain itu gap diantara suku bunga pinjaman di RI dan AS juga menjadi faktor penyebab lain, karena para spekulan akan membeli dolar. Ada juga yang menggunakan tren pergerakan nilai tukar dolar AS terhadap Yuan Cina, dengan prediksi ketika Yuan melemah, maka rupiah juga akan ikut melemah terhadap dolar AS. Aksi-aksi tersebut akan meningkatkan tekanan terhadap rupiah yang berimbas pada meningkatkan permintaan terhadap dolar AS dan pasokannya pun akan berkurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun