Mohon tunggu...
Dicky Zulkifly
Dicky Zulkifly Mohon Tunggu... Jurnalis -

Aku hanya seorang pembelajar, yang tidak tahu apa-apa. Tugasku mengetahui banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berbagi Itu, Kebiasaan

31 Juli 2015   14:02 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:00 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Nah bagaimana jika, disangkutpautkan dengan kehadiran Allah SWT, selaku Tuhan semesta alam yang menciptakan alam semesta termasuk manusia, dan kemudian menyuruh manusia untuk tunduk beribadah kepada Allah SWT. Ini bukan permasalahan balas budi atau penagihan hutang yang belum terbayarkan. 

Sederhana menurut saya. Allah SWT, menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan mengaturnya dengan pasti (QS 6 : 73, QS 25 : 2). Mengapa? Alam mempunyai eksistensi yang riil dan obyektif, serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap. Dan sebagai ciptaan dari pada sebaik-baiknya pencipta-Nya, maka alam mengandung kebaikan pada dirinya dan teratur secara harmonis (QS 23 : 14). 

Nilai ciptaan ini untuk manusia bisa dipergunakan dan dimanfaatkan bagi keperluan perkembangan peradabannya (QS 31 : 20). Maka, alam dapat dan dijadikan obyek penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum Tuhan (sunnatullah) yang berlaku di dalamnya. Kemudian manusia memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri (QS 10:101).

Jadi kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan idealisme maupun agama Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi riil dan obyektif, melainkan semua palsu atau maya atau sekedar emansipasi atau pancaran daripada dunia lain yang kongkrit, yaitu idea atau nirwana (QS 38:27). Juga tidak seperti dikatakan filsafat Agnosticisme yang mengatakan bahwa alam tidak mungkin dimengerti manusia. 

Dan sekalipun filsafat materialisme mengatakan bahwa alam ini mempunyai eksistensi riil dan obyektif sehingga dapat dimengerti oleh manusia, namun filsafat itu mengatakan bahwa alam ada dengan sendirinya. Peniadaan pencipta ataupun peniadaan Tuhan adalah satu sudut dari pada filsafat materialisme.

Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi (QS 95 : 4, QS 17 : 70). Sebagai mahluk tertinggi manusia dijadikan “Khalifah” atau wakil Tuhan di bumi (QS 6 : 165). Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk memakmurkannya (QS 11 : 61). Maka urusan di dunia telah diserahkan Tuhan kepada manusia. 

Manusia sepenuhnya bertanggung jawab atas segala perbuatannya di dunia. Perbuatan manusia ini membentuk rentetan peristiwa yang disebut “sejarah”. Dunia adalah wadah bagi sejarah, dimana manusia menjadi pemilik atau “rajanya”.

Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti (sunattullah) yang menguasai sejarah, sebagaimana adanya hukum yang menguasai alam tetapi berbeda dengan alam yang telah ada secara otomatis tunduk kepada sunatullah itu, manusia karena kesadaran dan kemampuannya untuk mengadakan pilihan untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-hukum kehidupannya sendiri (QS 33 : 72). Ketidakpatuhan itu disebabkan karena sikap menentang atau kebodohan.

Lantas, jika selama ini Allah SWT sebagai sebab yang pertama dan tanpa terpengaruhi sebab yang lain, memberikan keberkahan sebagai modal sebetulnya manusia dalam mengarungi setiap arus dan roda kehidupan, tidak digunakan oleh manusia sebagaimana mestinya.

Bukankah ini sebagai tanda kerugian bagi manusia itu sendiri. Maka berbagi terhadap sesama itu seharusnya mejadi kebiasaan manusia. Sebagaimana sifat Tuhan yang tanpa henti, tanpa pandang bulu memberikan serta membagikan rahmatnya untuk alam semesta dan seisinya.

Masuk pada variable penyerahan diri (keberimanan) manusia terhadap penyempurnaan iman, Islam dan ihsannya. Manusia, muslimin khsususnya. Dianggap sempurna tatkala ia melakukan segala bentuk kewajiban dari pada ketundukannya terhadap Allah SWT. Habluminallah, ibadah langsung kepada Allah semisal Syahadat, Shalat, Puasa dan Haji, melakukan segala bentuk perintahnya serta meninggalkan seluruh keharusan universal dari setiap larangan-larangan Allah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun