Mohon tunggu...
Dicky Zulkifly
Dicky Zulkifly Mohon Tunggu... Jurnalis -

Aku hanya seorang pembelajar, yang tidak tahu apa-apa. Tugasku mengetahui banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kini, Malah Aku Tinggalkanmu Jauh di Sana

15 Mei 2015   19:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:00 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa sehelai kekurangan dan kesalahan kau berikan padaku, kau mengurus semua keperluan pendidikanku. Sampai aku lulus dari pendidikan tingkat menengah dan akhir. Kau tanpa letih membimbingku, menuju arah cahaya kehidupan.

Bukan tanpamu aku bisa seperti ini. Lihatlah, aku sudah dewasa dan hebat. Aku bisa menentukan jalanku sendiri. Bahkan, aku bisa memberimu uang hasil jerih payahku sebagai bentuk syukurku atasmu. Namun, kau tak pernah mau dan meminta. Kau menyuruhku untuk tutupi semua kebutuhan hidupku. Itu sudah cukup bagimu.

Kini, aku sudah mengenal dunia.

Dengan segala cara, pendidikan yang terbaik atasku, akan selalu kau berikan. Kau berjuang agar aku bisa sekolah di perguruan tinggi. Kau tidak pernah merasa disusahkan olehku.

Maafkan aku, yang tak pernah menyiapkan waktu lama untukmu. Aku sibuk bekerja dan kuliah. Aku tidak pernah menghiraukan rasa rindumu atasku yang sudah menggunung. Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu, hanya semenit saja untuk berbicara dengamu.

"Maaf ibu, aku sedang sibuk,". Kata itu mungkin yang sering kau dengar dari jawabanku.

Karena lekas aku masuk jenjang perguruan tinggi, waktuku semakin padat. Tempatku bermain kini bukan lah di halaman rumah dengan bola sepak dan petikan bunga yang sebelumnya kau tanam. Pergaulanku adalah mengenal kehidupan dunia, kondisi yang sejauh ini memberikanku kebahagiaan.

Aku bahagia bergaul dengan rekan sekantorku, aku gembira bersama teman kuliahku, aku senang berdua bersama pasangan cintaku, aku menemukan semuanya sekarang. Aku sudah dewasa dan bisa.

Aku sudah lagi bukan anak kecil yang selalu kau dikte. Aku adalah manusia sempurna, yang semua keinginanku bisa aku penuhi sendiri.

Saat aku bertemu denganmu, tak pernah aku cium tanganmu. Aku berdiri di depanmu, memandangimu dengan penuh kesombongan, menjawab semua tanyamu dengan nada tinggi, dan aku lekas masuk ke kamarku untuk beristirahat.

Aku tak tahu apakah raut muka mu masih dalam keadaan tersenyum, atau berteteskan air mata kala itu. Aku tak perduli. "Aku capek bu. Nanti lagi aja ngobrolnya,". singkatku menutup obrolan kala itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun