Tanpa sehelai kekurangan dan kesalahan kau berikan padaku, kau mengurus semua keperluan pendidikanku. Sampai aku lulus dari pendidikan tingkat menengah dan akhir. Kau tanpa letih membimbingku, menuju arah cahaya kehidupan.
Bukan tanpamu aku bisa seperti ini. Lihatlah, aku sudah dewasa dan hebat. Aku bisa menentukan jalanku sendiri. Bahkan, aku bisa memberimu uang hasil jerih payahku sebagai bentuk syukurku atasmu. Namun, kau tak pernah mau dan meminta. Kau menyuruhku untuk tutupi semua kebutuhan hidupku. Itu sudah cukup bagimu.
Kini, aku sudah mengenal dunia.
Dengan segala cara, pendidikan yang terbaik atasku, akan selalu kau berikan. Kau berjuang agar aku bisa sekolah di perguruan tinggi. Kau tidak pernah merasa disusahkan olehku.
Maafkan aku, yang tak pernah menyiapkan waktu lama untukmu. Aku sibuk bekerja dan kuliah. Aku tidak pernah menghiraukan rasa rindumu atasku yang sudah menggunung. Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu, hanya semenit saja untuk berbicara dengamu.
"Maaf ibu, aku sedang sibuk,". Kata itu mungkin yang sering kau dengar dari jawabanku.
Karena lekas aku masuk jenjang perguruan tinggi, waktuku semakin padat. Tempatku bermain kini bukan lah di halaman rumah dengan bola sepak dan petikan bunga yang sebelumnya kau tanam. Pergaulanku adalah mengenal kehidupan dunia, kondisi yang sejauh ini memberikanku kebahagiaan.
Aku bahagia bergaul dengan rekan sekantorku, aku gembira bersama teman kuliahku, aku senang berdua bersama pasangan cintaku, aku menemukan semuanya sekarang. Aku sudah dewasa dan bisa.
Aku sudah lagi bukan anak kecil yang selalu kau dikte. Aku adalah manusia sempurna, yang semua keinginanku bisa aku penuhi sendiri.
Saat aku bertemu denganmu, tak pernah aku cium tanganmu. Aku berdiri di depanmu, memandangimu dengan penuh kesombongan, menjawab semua tanyamu dengan nada tinggi, dan aku lekas masuk ke kamarku untuk beristirahat.
Aku tak tahu apakah raut muka mu masih dalam keadaan tersenyum, atau berteteskan air mata kala itu. Aku tak perduli. "Aku capek bu. Nanti lagi aja ngobrolnya,". singkatku menutup obrolan kala itu.