Mohon tunggu...
Dicky Zulkifly
Dicky Zulkifly Mohon Tunggu... Jurnalis -

Aku hanya seorang pembelajar, yang tidak tahu apa-apa. Tugasku mengetahui banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kini, Malah Aku Tinggalkanmu Jauh di Sana

15 Mei 2015   19:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:00 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau tahu, aku sudah tidak lagi menyukai air susumu. Disisi lain, aku belum bisa menyuapkan sesuap makanan ke mulutku. Kau sempurnakan makananku, kau suapi aku dengan hati-hati. Kau berlari kian kemari, menyusulku yang giat bermain meski kau sedang menyuapiku. Kau ternyata tidak akan pernah melupakan kesehatanku.

Ibu... Cintamu begitu besar dan tulus atasku. Kini, benar-benar aku bisa berjalan. Aku sangat bahagia. Aku tertawa, karena bisa berlari mengejar semua yang aku ketahui.

Aku mengambil dan menendang bola sepak itu. Ibu, aku memetik bunga di halaman itu. Ibu, aku bisa meloncat tinggi, seolah aku akan menggapai langit.

Aku melihat senyum kegembiraan di raut muka penuh ikhlasmu. Kau tetap mengawasiku, kau menghampiriku, kau pangku aku sampai melebihi tinggi badanmu. Aku pun memetik buah yang kau tanam di halaman rumah.

Ibu tahu apa yang aku inginkan. Dengan tubuh mungil ini, kau faham betul, anakmu takkan bisa meraih sesuatu yang lebih tinggi.

Hari demi hari aku lalui di antara cinta dan kesetiaan. Kini saatnya kau melihat senyum bahagiamu menjadi raut khawatir. Ini, adalah hari pertamaku belajar di sekolah. Kau mengenakan seragam pertamaku di tubuh yang kian menemukan kesempurnaannya ini.

Kau memelukku, berbisik tangis penuh harap, "belajarlah, dan gapai kilau bintang di langit itu," do'amu menggetarkan hatiku. Aku kau tenangkan dengan kecupan semangat di antara keningku.

Ibu mengantarkan aku berangkat sekolah. Ibu.. Aku takut, aku menangis di sekolah. Lingkungan ini teramat asing bagiku. Begitu ramai anak-anak seusiaki.

Ibu tak diam, ibu rela duduk sebangku denganku. Ibu bahkan mengajariku cara menulis dan membaca. Aku tenang, di hari pertamaku sekolah ada Ibu di sampingku.

Ibu, kau tahu aku belum mendapatkan teman bermain. Tak menghiraukan rasa malu, kau menitipkan aku pada guru pengajar. Dan kau pun mengenalkan aku pada teman-teman baruku.

Kini, aku lulus dari sekolah dasar, kau memelukku, dan mendo'akanku agar bisa melanjutkan ke sekolah tingkat menengah. Aku mengetahui haru dan bahagia, bahkan hal yang nyaris sama kau lakukan saat aku masuk di hari pertama sekolah dasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun