Tulisan lepas tanpa kawalan seperti seekor elang.
Jemari menari tanpa filosofi seolah coretan menggambarkan kemerdekaan.
Pikiran meronta tertatih di pucuk belenggu penguasa.
Pandang dibuat buta, namun analisa bukan dari pandang semata.
Kebutaan yang dibuat menjadikan bebas dalam berkata.
Wahai belenggu, ingat padang itu tak berarti.
Wahai belenggu, cengkraman ini kokoh.
Kebebasan ini adalah sayatan pedih dan menyakitkan.
Ah.. kenapa diri selalu berkata belenggu.
Apakah kebebasan ini bersifat semu.
Tampaknya pondasi hati rapuh dihujani batu hinaan.
 Cengkraman mangsa di samudra kebebasan seolah jawaban.
Pintar tanpa tulisan, hidup tak berarti tanpa meninggalkan pesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H