Pengejaran kita yang terus-menerus dan ngga pernah puas untuk mendapatkan lebih banyak, bisa merusak kita kalau hal itu mencegah kita meluangkan waktu untuk benar-benar bersyukur atas semua yang kita punya saat ini.
Dan itu akan menjadi kesalahan yang menyedihkan karena rasa syukurlah yang membuka kepuasan hidup dan mengubah apa yang kita punya menjadi cukup.
Dalam Thinking Fast and Slow, Kahneman mengamati:
"Adaptasi terhadap situasi baru, baik atau buruk, sebagian besar terdiri dari semakin sedikit berpikir tentang hal itu."
Ingat kan bagaimana kita menetapkan kalau adaptasi adalah "musuh" dari kebahagiaan?
Jadi, logikanya adalah kalau adaptasi terjadi dengan semakin sedikit memikirkan sesuatu, kita bisa mengubah "musuh" ini dengan sendirinya, dengan memastikan kalau kita ngga pernah melupakan semua hal baik yang kita punya saat ini. Masuk akal kan?
Kita bisa meningkatkan kebahagiaan dengan lebih banyak berpikir dan menunjukkan rasa syukur yang tulus atas semua hal baik yang kita punya dan nikmati saat ini.
Apalagi, berbagai penelitian sudah menemukan hubungan yang kuat antara tingkat rasa syukur yang lebih tinggi dan kesejahteraan, termasuk perlindungan dari stres dan depresi, hubungan yang lebih memuaskan, tidur yang lebih baik, dan ketahanan yang lebih besar.
Latihan sederhana, seperti menghabiskan dua minggu menulis daftar harian tentang tiga hal yang kita syukuri sudah terbukti meningkatkan kepuasan hidup, mengurangi kekhawatiran dan meningkatkan citra tubuh, dengan efek menguntungkan yang bertahan sampai enam bulan.