Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perilaku "Impulse Buying" di Masa Pandemi

19 Juli 2020   13:50 Diperbarui: 31 Mei 2021   15:11 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterlibatan produk dapat menimbulkan emosi pada konsumen. Emosi yang meliputi effect dan mood merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan konsumen (Watson dan Tellegen, 1985). 

Fenomena impulse buying terjadi karena emosi positif yang timbul dari faktor psikologis konsumen itu sendiri. Terjadinya emosi positif pada konsumen disebabkan oleh stimulus yang diciptakan oleh pemasar. 

Misalnya, stimulus sensorik didukung oleh fakta bahwa warna barang (warna masker) dan bentuk barang itulah yang mempengaruhi keputusan pembelian. Terjadinya hal tersebut dapat dilihat pada beberapa department store dan online shop pada umumnya. 

Department store dan online shop sangat efektif sebagai media untuk memasarkan aneka fashion (khususnya masker penutup mulut) terutama pada kalangan remaja dan dewasa yang kemungkinan besar secara emosi terjadi fashion involvement yang tinggi.  

Kita tahu bahwa fashion involvement akan membuat seseorang dengan cepat membeli suatu produk (cth. masker) karena kebutuhan, kepentingan, ketertarikan, dan nilai dari produk tersebut. 

Dalam membuat keputusan pembelian pada fashion involvement, ditentukan oleh beberapa faktor yaitu karakteristik konsumen, pengetahuan tentang bentuk barang, dan perilaku pembelian.

Bagi remaja dan orang dewasa (para pekerja), fashion merupakan hal yang mudah dilupakan dalam menunjang penampilannya. Mereka menyadari bahwa keinginan untuk selalu tampil menarik di tengah-tengah kelompok sosialnya adalah hal urgen yang tidak boleh terlewatkan. 

Salah satu bentuk perilaku mereka dalam menambah penampilan diri dimata kelompok adalah dengan mengikuti trend yang diminati oleh banyak orang saat ini. 

Dari sini, sudah bisa kita tebak bahwa gaya memakai masker oleh kebanyakan orang saat ini bisa dibilang hanya untuk mengikuti trand dan bukan untuk alasan kesehatan. Karena itu, model, warna, dan bentuk masker akan selalu diburu oleh banyak orang agar tidak ketinggalan dan dibilang kekinian. 

Sekalipun mahal harganya, tetapi bagi mereka yang sangat memperhatikan penampilan, harga masker yang mahal itu bukan masalah. Itulah bahaya impulse buying yang harus disadari oleh kita semua agar tidak mengalami fashion involvement yang keliru. 

Hemat saya, untuk sehat itu tidak perlu mahal, tidak perlu mengikuti gaya atau trand terbaru. Intinya adalah menjalankan protokol kesehatan secara sadar, tertib dan taat, maka penularan virus mematikan ini bisa terhindarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun