Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perilaku "Impulse Buying" di Masa Pandemi

19 Juli 2020   13:50 Diperbarui: 31 Mei 2021   15:11 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca juga : Mencegah Perilaku Konsumtif di Era Revolusi Industri 4.0 Melalui Penanaman Pendidikan Bela Negara

Secara sederhana, pembelian impulsif (impulse buying) diartikan sebagai pembelian ketika konsumen merasakan dorongan keinginan secara tiba-tiba, terkadang sangat kuat dan keras untuk membeli sesuatu secara cepat (Rook, 1987). 

Di lain arti, pembelian impulsif juga bisa dimaknai sebagai pembelian cepat dan tiba-tiba dengan tidak ada maksud sebelumnya untuk membeli kategori produk tertentu. 

Pembelian impulsif akan membuat seorang pembeli (konsumen) melakukan pembelian yang berbeda dari rencana sebelumnya, dan lebih menggunakan emosi dibandingkan logika, serta dikarakterisktikan oleh pembuatan keputusan yang cenderung cepat, subjektif dan berlaku saat itu juga. 

Beberapa stimulus yang diberikan oleh department store dan online shop mendorong positive emotion (emosi positif) pada konsumen untuk melakukan impulse buying (pembelian secara tiba-tiba atau tidak terencana). 

Hal tersebut terjadi karena diikuti dengan adanya product involvement (keterlibatan produk) pada konsumen, karena faktor emosi itu muncul ketika calon pembeli merasakan pengalaman dari produk itu sendiri. 

Saya kira, konsumen kalangan remaja dan dewasalah yang mayoritas terpengaruh oleh fenomena tersebut, karena keinginannya untuk selalu berpenampilan trendy dan kekinian. 

Faktor psikologis tersebut menjadi sebab semakin menjamurnya online shop di Indonesia. Fenomena impulse buying pada fashion (khususnya masker/penutup mulut) di masa pandemi ini memang sangat marak terjadi sebab para konsumen sangat mudah terpengaruh oleh perkembangan trend.

Di tahun 2016, pembeli (konsumen) dengan perilaku impulse buying meningkat dua kali lipat dari tahun 2013 yang hanya 13%. Berdasarkan fakta tersebut, menyiratkan bahwa impulse buying konsumen saat berbelanja pada dasarnya didorong oleh kecenderungan konsumsi hedonik dan faktor emosional. 

Baca juga : "Dampak Perilaku Konsumtif di Tengah Pandemi Covid-19"

Salah satu hal yang penting selaras dengan konsumsi hedonik adalah menentukan produk spesifik pada perilaku impulse buying. Menurut Jones et al., (2003), produk spesifik impulse buying dipengaruhi oleh keterlibatan produk dan merupakan faktor penting yang mendukung kecenderungan impulse buying. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun