Saya selalu berjuang mengatur pola tingkah laku supaya bisa cepat selesai dalam studi. Di kamar, saya memiliki jadwal kegiatan yang saya buat sendiri untuk menuntun perilaku saya setiap hari.Â
Dengan berpedoman pada scedule harian itu, saya selalu berjalan pada koridor yang sesuai. Semua itu hanya untuk satu tujuan dalam hidup, yakni ingin memajukan kualitas manusia NTT menjadi lebih baik. Salah satu hal yang bisa dilakukan hanyalah lewat pendidikan.Â
Saya datang ke sini, untuk belajar, untuk melanjutkan ilmu dan mengembangkan pengetahuan saya, sehingga kelak saya bisa kembali dan mendidik masyarakat NTT. Saya percaya, lewat regulasi diri yang baik, tujuan dan harapan baik saya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat NTT bisa terwujud.
CATATAN AKHIR
Perkembangan kepribadian diri saya, melalui proses imitasi, efikasi dan regulasi diri, akan berdampak positif bagi diri saya sendiri dan orang lain. Belajar dari teori di atas, saya melihat bahwa realisasi diri dan pembentukan kepribadian sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkungan sosial dan kebudayaan yang melingkari saya.Â
Terlepas dari itu semua, sebenarnya diri saya adalah inti yang memberikan dampak besar dalam perkembangan ke depan. Interaksi yang berkesinambungan antara faktor internal dan eksternal menjadi penentu perilaku saya. Apa yang saya pikirkan dalam kognisi, bagaimana perilaku saya dan lingkungan di sekitar saya merupakan instrumen inti pembentuk kepribadian. Tiga unsur ini perlu disadari setiap orang agar bisa berkembang menjadi pribadi yang sehat.
Saya memiliki cita-cita dan mimpi besar yang ingin diraih. Persis dalam kesadaran itu, saya harus bersikap realistis. Keterbatasan prinsip dalam merealisasikan diri secara sempurna adalah kenyataan yang mesti saya terima secara wajar. Kerendahan hati adalah sikap yang sangat cocok untuk menerima semua itu. Dengan demikian, saya dapat menerima diri dan dapat berbuat banyak hal untuk kebaikan bersama yang nilainya sangat abadi (eternal values).
Saya akan terus berusaha untuk tidak kehilangan orientasi hidup dan eksistensi saya sekarang. Saya akan tetap menggunakan akal dan perasaan cinta supaya tidak kehilangan need for relatedness dengan orang-orang disekitar saya. Dengan begitu, saya tentu tidak akan kehilangan frame of orientation dalam setiap tindakan yang saya ambil dan lakukan. Pada taraf inilah, saya bisa memahami dengan pasti segala need for transendence untuk mewujudkan apa yang saya impikan. Ketika saya mencapai tujuan, saya akan mempertanggung jawabkan semuanya itu.