Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Logical Fallacy dalam Memahami "Sexual Harassment"

29 Juni 2020   01:05 Diperbarui: 29 Juni 2020   01:36 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari penjelasan singkat di atas, saya mengambil istilah pelecehan seksual (sexual harassment) untuk mengarahkan kita pada pemahaman yang lebih spesifik dalam upaya mengatasi persoalan seksualitas yang tak kunjung usai. Berangkat dari perbedaan makna tentang pelecehan seksual, maka kita sudah bisa menilai sendiri apa yang selama ini terjadi, baik pada anak-anak, remaja, atau orang dewasa.

Bahwasannya, banyak dari perilaku kita yang mungkin tidak kita sadari ternyata adalah suatu tindakan pelecehan (kekerasan) seksual. Sadar atau tidak, banyak perilaku dan tutur kata yang sudah/bahkan sering kita buat pada orang lain, tetapi dianggap sebagai hal yang lumrah dan biasa-biasa saja.

Inilah kesalahan yang tidak kita sadari dan cukup berbahaya kalau dibiarkan terus. Saya yakin, jika ini disepelehkan niscaya kejahatan atau kekerasan seksual akan terus lahir dan menjadi sulit teratasi.

Titik salahnya adalah kita tidak memiliki pemahaman yang cukup terkait beragam istilah seperti yang sudah dijelaskan di atas sehingga perilaku kita (yang mungkin sudah melecehkan) tidak disadari sebagai suatu pelecehan. Padahal nyatanya tidak demikian.

Dengan adanya pemahaman yang baik dan benar, maka setiap kita tentu akan mulai berhati-hati dalam berperilaku dan bertutur kata kepada siapa saja.

Sekali lagi, kita tidak boleh menunggu sampai ada korban yang sudah parah barulah dikategorikan sebagai kekerasan atau pelecehan seksual. Tapi dengan pemahaman singkat terhadap beragam istilah di atas, kita bisa belajar untuk mewas diri dan mulai menilai segala bentuk perilaku atau tutur kata, apakah sudah mulai mengarah pada kekerasan atau pelecehan seksual atau tidak.

Di sini, saya tidak membedakan jenis kelamin, karena baik itu laki-laki maupun perempuan, (anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia), siapa saja, bisa menjadi korban dan/atau pelaku pelecehan seksual.

Memang banyak kasus pelecehan seksual terjadi pada perempuan, sehingga paradigma berpikir kita sudah terkonstruksi, bahwa kalau berbicara tentang pelecehan seksual, itu berarti korbannya adalah perempuan atau anak-anak atau remaja puteri. Padahal, sadar atau tidak, kalau berkaca pada penjelasan singkat tentang sexual harassment di atas, maka laki-laki pun bisa menjadi korban pelecehan seksual.

Ini yang kadang tidak kita sadari secara tepat. Dengan begitu, kalau kita berani mengatakan 'say no to sexual harassment', saya yakin, perilaku, sikap, dan tutur kata kita akan dijaga dan terarah secara baik.

Jika setiap kita memahami hal ini dengan bijak, maka pelecehan seksual dalam bentuk apapun terhadap orang lain, baik terhadap laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja, orang dewasa, atau lansia, pasti akan berkurang.

Karena itu, jangan terlambat kita bergerak memberantas segala bentuk pelecehan seksual sehingga kasus-kasus lainnya bisa teratasi. Pribadi kita manusia, sangat berarti dan berharga. Tidak ada suatu apapun yang bisa menggantikan atau membayar keutuhan diri (pribadi) kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun