"Inilah tubuhKu" (Mat 26:26; Mrk 14:22; Luk 22:19; 1Kor 11:24); "Inilah darahKu" (Mat 26:28; Mrk 14:24).
Kata tubuh (bhs Yunani: soma) dalam KS bukan sekadar berarti bagian-bagian fisik manusia seperti kepala, kaki, dada, perut, dsb., melainkan menurut konsepsi biblis, kata itu menunjuk seluruh pribadi manusia. Jadi, tubuh menunjuk seluruh diri, nasib, dan hidup manusia seluruhnya.
Jika demikian maka tubuh dalam kata-kata institusi itu mau mengungkapkan bahwa Yesus mengidentikkan roti itu dengan DiriNya sendiri. Kata-kata tambahan pada Lukas: "yang diserahkan bagi kamu", dan pada Paulus: "yang bagi kamu", menunjuk wafat Yesus yang segera terjadi.Â
Dengan demikian, sabda: "Inilah tubuhKu", menunjuk janji (dan itu berarti realitas dalam Ekaristi) akan kehadiran dan kebersamaan dengan Yesus yang sedang akan (siap-siap) wafat.
Kata darah dalam Perjanjian Lama (PL) menunjuk sumber, hakekat, dan intisari kehidupan (bdk. Im 17:11.14; Ul 12:23; 19:10; Kej 9:6). Dengan demikian, kata darah juga menunjuk seluruh pribadi manusia, dan bukan hanya berarti bagian dari tubuh manusia berupa cairan merah itu.Â
Dengan mengikuti tradisi PL itu, maka kata-kata Yesus: "Inilah darahKu", berarti: kehadiran dan kebersamaan sebagai solidaritas dengan hidup dan diri Yesus yang bersedia mati untuk semua orang.
Menurut perspektif surat Ibrani, Yesus adalah Imam Agung (2:17; 4:14; 5:10; 6:20; 9:11; 10:20-21). Dengan bantuan perspektif surat Ibrani ini kita dapat menjelaskan makna "Inilah tubuhKu" dan "Inilah darahKu" sebagai berikut: sebagaimana Imam Agung selalu mempersembahkan suatu kurban persembahan, demikian pula kini Kristus sebagai Imam Agung juga mempersembahkan kurban persembahan, yang berupa roti dan anggur.
Dengan menyebut roti dan anggur sebagai (symbol) tubuh dan darahNya, Yesus mau menyatakan bahwa kurban persembahan yang disampaikanNya itu tidak lain daripada DiriNya sendiri. Di sinilah kekhasan imamat Yesus Kristus, yakni ada identitas antara kurban dan sang pembawa kurban itu sendiri.
Maksudnya, yang mempersembahkan (yaitu Sang Imam) dan yang dipersembahkan (kurban) itu adalah satu dan sama, yakni diri Yesus Kristus sendiri. Hal ini sangat berbeda dengan imam agung PL yang biasa mempersembahkan sesuatu (anak domba) sebagai persembahan, dan bukan dirinya sendiri. Demikianlah Yesus mengidentikkan diriNya dengan kurban persembahan.
Ini berarti, bahwa dalam imamat Yesus Kristus, telah terjadi personifikasi (dan juga personalisasi) terhadap gagasan kurban. Dalam hubungan dengan Ekaristi, hal ini berarti bahwa dalam rupa roti dan anggur, Yesus menawarkan (memberikan) DiriNya sendiri untuk membangun suatu kebersamaan dan kesatuan dengan Allah dalam diriNya.
Dengan kata lain: Yesus memberikan diriNya sendiri sebagai karunia keselamatan yakni kebersamaan (communio) dengan Allah.