Hubungan Nadia dan Andi mengalami ketegangan yang semakin meningkat. Rasa percaya diri Nadia terganggu, dan dia merasa semakin terjebak dalam situasi yang sulit. Dia merasa terisolasi dan tidak bisa sepenuhnya bergantung pada Andi. Ketidakpuasan dan frustrasi Nadia semakin menambah tekanan dalam pernikahan mereka.
Sementara itu, Nadia juga  tidak pernah merasa bersyukur dengan uang yang didapatnya. Meskipun Andi memberikan dukungan finansial, jumlah tersebut terasa tidak pernah cukup. Nadia sering kali merasa bahwa apa yang dia terima tidak sebanding dengan usaha dan pengorbanannya. Dia merasa terjebak dalam siklus ketidakpuasan, tidak mampu menghargai apa yang ada, dan terus-menerus merasa kurang.
Ketidakpuasan Nadia terhadap situasi keuangan dan perasaan bahwa uang yang diperoleh tidak pernah mencukupi semakin menambah ketegangan dalam pernikahan mereka. Nadia merasa terisolasi dan tertekan, dan ketidakmampuan untuk merasa bersyukur hanya memperburuk keadaan. Hubungan Nadia dengan Andi dan keluarganya semakin memburuk, dan Nadia berjuang untuk menemukan cara agar bisa merasa puas dan bahagia di tengah tantangan yang terus menerus menguji dirinya.
Konflik dan Ketidakpuasan
Perasaan ketidakpuasan Nadia tidak hanya terbatas pada masalah keuangan. Dia mulai merasa bahwa Allah tidak adil kepadanya. Nadia sering kali mengeluh tentang nasib hidupnya, merasa bahwa meskipun dia telah bekerja keras dan berusaha untuk memperbaiki hidupnya, hasilnya tidak sesuai dengan harapannya. Dia sering kali berpikir bahwa Allah telah memberinya ujian yang terlalu berat dan tidak memberikan keadilan dalam hidupnya.
Konflik dengan Andi dan ketidakpuasan dalam hidup menyebabkan banyak ketegangan dalam pernikahan mereka. Andi merasa tertekan dan frustrasi karena usaha-usahanya tidak pernah dianggap cukup oleh Nadia. Nadia tidak hanya melampiaskan kemarahannya pada Andi, tetapi juga pada anak-anaknya. Caca, Todi, dan Dita merasakan dampak dari ketidakpuasan Nadia. Ketidakadilan dalam perlakuan Nadia terhadap mereka menyebabkan hubungan keluarga semakin tegang.
Ketidakadilan dan Kekejaman
Nadia menghadapi tantangan besar dalam mengelola perasaannya dan membagi perhatian antara Caca, Todi, dan Dita. Caca, yang kini berusia enam belas tahun, sering menjadi sasaran kemarahan dan makian Nadia. Nadia sering merasa frustrasi dan tertekan dengan keadaan hidupnya, dan kemarahan ini sering kali mengalir kepada anak-anaknya.
Nadia tidak hanya membandingkan anak-anaknya dengan satu sama lain, tetapi juga sering menggunakan kata-kata kasar ketika mereka tidak memenuhi ekspektasinya. Caca, Todi, dan Dita semua merasakan dampak dari ketidakpuasan Nadia. Ketidakadilan dalam perlakuan Nadia terhadap mereka menyebabkan hubungan keluarga semakin tegang.
Nadia merasa terjebak dalam perannya sebagai ibu dan sering merasa tidak ikhlas dalam menyekolahkan anak-anaknya. Setiap kegagalan atau ketidakpatuhan anak-anak dianggap sebagai kegagalan dirinya sendiri.
Perubahan dan Penerimaan
Seiring waktu, Nadia mulai menyadari dampak dari perlakuannya terhadap anak-anaknya. Caca, Todi, dan Dita mulai menunjukkan ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan yang jelas. Keputusan untuk menghadapi kenyataan ini menjadi titik balik dalam hidupnya.