Benda-benda yang ditangkap oleh mata pikiran adalah sesuatu yang nyata dan bisa diyakini. Sedangkan objek fisik yang dengan mudah kita lihat dan rasakan sebatas permukaan.
Perbedaan cara berpikir ini membuat kita terpisah ratusan tahun dalam hal memandang rasionalitas. Kita yang menganggap mereka orang-orang terbelakang, perlu memikirkan ulang tentang kata-kata barusan.
Sampai hari ini, diterima atau tidak, kita masih mencari teori paling benar tentang cara pembuatan piramida di Mesir. Sedangkan mereka yang hidup di tengah peradaban kuno telah membangun bangunan megah tersebut, bahkan keindahannya masih kita nikmati hingga kini.
Bangsa Mesir Kuno pula yang menemukan rasi bintang yang kita terjemahkan sebagai zodiak. Mereka pula yang berhasil memahami Sirius  sebagai sistem tiga bintang yang baru ditemukan oleh peradaban modern pada 1995 dengan nama Sirius C.
Kemampuan orang-orang kuno yang berhasil menggabungkan panca indera dan kemampuan spiritualitasnya berhasil menggunakan otaknya lebih maksimal. Mereka mengenal 7 cakra untuk terhubung dengan kehidupan.
Salah satu cakra ini terdapat di antara alis. Orang mesir menyebutnya sebagai Ru yang dilambangkan sebagai portal kelahiran. Dalam ilmu esoteris, cakra ini disebut sebagai mata ketiga untuk berkomunikasi dengan zat lain yang tak dapat dilihat oleh kedua bola mata.
Dalam ilmu esoteris, kelenjar pineal yang berada di dalam otak di bagian atas sumsum tulang belakang, akan bergetar ketika seseorang mendapat firasat. Jika getaran itu digabungkan dengan disiplin ilmu spiritual lain akan membuat seseorang bisa membuka mata ketiganya.
Sedangkan ilmu pengetahuan modern baru bisa melihat kelenjar pineal sebagai kelenjar yang membesar ketika manusia masih berada di usia anak-anak. Ketika mereka puber, kelenjar ini akan menyusut dan mengeras seperti kapur karena daya imajinatif seseorang berkurang.
Ilmu pengetahuan modern selanjutnya baru menemukan hormon melatonin yang banyak dihasilkan oleh kelenjar pineal. Hormone ini berfungsi penting pada ritme bangun maupun tidur, serta berjasa besar dalam menjaga sistem kekebalan tubuh.
Salah satu tokoh ilmuan berpengaruh dunia, Albert Einstein bahkan pernah melakukan hal-hal yang tak empiris sama sekali untuk menemukan teorinya. Dia pernah berkata "Pada prinsipnya, jika mencoba membangun teori itu hanya mengandalkan observasi pada objek yang dapat dilihat saja, itu sepenuhnya keliru."
Hal ini dia buktikan dengan caranya menemukan teori relativitas yang mendobrak empirisme. Ia mengandalkan kertas dan pena untuk merumuskan postulat dan kontruksi teorinya tersebut. Dia berhasil merangkai imajinasinya sebagai sebuah ilmu baru yang dapat dimanfaatkan manusia lain yang hidup di masa setelah dia wafat.