Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Rekonstruksi Manchester Merah Melalui Ratu Adil di Musim Dingin

12 Desember 2019   11:34 Diperbarui: 12 Desember 2019   23:01 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tatanan lama soal pembelian pemain muda bertalenta dan mengangkat pemuda didikan asli akademi telah dilupakan oleh direksi ketika mereka bekerja sama dengan pelatih sebelum Ole. 

Terbukti, pembelian pemain jadi dan berbandrol tinggi justru tak mampu mengangkat performa Red Devil. Jangankan menembus papan atas liga, mendapat label ditakuti lawan pun tidak.

Masuknya lini bisnis yang begitu deras membuat sepak bola adalah pialang itu sendiri. Kejayaan yang dibuat secara instan membutakan managemen di industri lapangan hijau tentang esensi humanisme dari kedekatan fan, klub, serta kejayaan.

Falsafah permainan sepak bola yang menyuguhkan intrik, terkadang kotor, emosional, dan permainan yang menegangkan bagi tiap pasang mata penonton juga hilang. Permainan itu digantikan hasil akhir, menang tanpa memandang cara mendapatkannya.

Mengembalikan tatanan lama soal kejayaan dan jalan teguh mengarungi kehidupan serta menggabungkannya dengan sesuatu yang baru sesuai keadaan zaman bukan hal tabu. Namun dibutuhkan pengorbanan, termasuk nama baik hingga nyawa karena tugas berat mengembalikan warisan luhur tidaklah mudah.

Perang Jawa menjadi contoh nyata betapa sulitnya mengembalikan tatanan lama yang tergerus akibat penjajahan. Kebiasaan mabuk orang Eropa, seks bebas, hura-hura, berjudi, dan korupsi menjangkiti keraton Yogyakarta pada saat itu.

Nilai-nilai Agama Islam yang telah masuk pada saat itu mulai ditinggalkan, kraton tak ubahnya kasino dengan para pemabuk dan perempuan malam di dalamnya. 

Mereka lupa dengan penderitaan rakyat yang harusnya diayomi, malah diperah sedemikian rupa hingga jatuh pada kesulitan baik sosial maupun ekonomi karena lintah darat dan kebijakan kerja rodi.

Pangeran Dipenogoro dianggap Ratu Adil, sebuah ramalan Pangeran Jayabaya yang dianggap sebagai juru selamat masyarakat ketika mara bahaya terjadi di Indonesia. Seperti peristiwa Perang Jawa pada 1825-1830 yang dipantik oleh rasa benci kepada bangsa Belanda dan etnis Tionghoa yang bermukim di Nusantara.

Mengusung panji-panji kebesaran Islam, gambaran soal Ratu Adil, serta tatanan lama Jawa yang banyak dihilangkan akibat penjajahan, membuat perang ini sukses didukung rakyat. Kedekatan Pangeran dengan berbagai kelanagan mulai dari petani, bandit, pihak kraton, hingga pemuka Agama Islam membuatnya mendapat dukungan luas.

Walau berlangsung selama 5 tahu, tapi Perang Jawa yang dipimpin Dipenogoro memiliki skala terbesar dalam sejarah pertempuran Nusantara. Sepertiga dari penduduk Jawa terdampak perang tersebut, seperempat lahan pertanian rusak, 200.000 penduduk dikabarkan tewas karenanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun