Bapa Tere memiliki arti bapa tiri, track ini memang menyiksa bagi para pendaki karena memang berat. Mungkin cadasnya tanjakan ini mirip dengan kekejaman bapak tiri terhadap anaknya sehingga, nama Bapa Tere dipilih sebagai nama pos yang satu ini.
Pekatnya kabut menampakkan kesan mistis dari gunung yang satu ini. Lumut di pohon-pohon besar seperti film-film kolosal buatan luar negeri sangat jelas terlihat, membuat imajinasi liar kami terbentuk. Mungkin jika ada sutradara yang mencari spot pembuatan film, area ini bisa dipakai.
Bahaya macan kumbang juga menghantui kami. Sebelum kami beristirahat di tanah lapang tempat kami dibekap kabut, kami melihat satu pohon bergerak sendiri. Tak ada angin, karena pohon di sektitarnya tak ada yang bergerak. Kemudian kami berempat berhenti dan memperhatikan pohon yang aneh ini. Tak lama berselang, kami mendengar suara macan dari pohon itu! Kami berempat langsung berjalan tanpa banyak omong.
Jam menunuukan pukul 11.00 kami masih menunggu hilangnya kabut dari track. Karena terlalu lama menunggu akhirnya kami memutuskan tak melanjutkan perjalanan. Karena kami tahu puncak masihlah jauh, jika dilihat dari keterangan ketinggian di plang yanga da di area tersebut, kami baru menginjakan kaki di ketinggian 2150 MDPL, masih kurang 1000 MDPL untuk mencapai puncak.
Akhirnya semua bisa menerima keputusan ini, kami bergegas turun dan sampai di tenda pukul 11.00 WIB. Segera kami memasak dan merapikan ceriel masing-masing. Pukul 14.00 kami turun, namun perjalanan masih panjang.
Lagi-lagi kabut tebal mengepung kami. Saya hanya berdoa agar hujan tak turun karena kabut ini lebih pekat dari kabut lainnya. Apa mau dikata, tiba-tiba suara hujan terdengar dari kejauhan. Saya meminta kepada teman lainnya untuk menyiapkan jas hujan. Benar saja, hujan amat lebat turun kami harus bergegas sampai desa sebelum malam datang karena waktu sudah kenunjukan pukul 15.30 WIB.
Kebiasaan saya yang selalu memperhatikan sekeliling ketika mendaki gunung mengharuskan saya melihat sesuatu yang harusnya tidak saya lihat. Ditengah aliran air dan bau kotoran hewan yang saya perkirakan dari kotoran owa, saya melihat jejak macan! Â Kembali saya memberitahu kepada tiga rekan di depan untuk mempercepat langkah. Puji syukur, kami berhasil sampai base camp hari kamis, 20 Oktober 2016 pukul 19.00 WIB tanpa cacat sedikitpun.
Saya amat percaya setiap perjalanan memiliki pelajaran tersendiri bagi pelakunya. Dari perjalanan kali ini, saya mendapatkan satu pelajaran bagus yaitu kemenangan bagi seseorang adalah saaat dirinya mampu menundukan ego demi sesuatu yang lebih baik.