Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Perjuangan Pemuda Dulu, Sekarang, dan Selamanya

1 November 2016   05:11 Diperbarui: 1 November 2016   09:22 3815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Forum Geosaintis Muda Indonesia

Semua ini terjadi, balik lagi seperti yang sudah dianalisis diatas, bahwa desentralisasi pembangunan amat kentara terjadi di Indonesia.  Wilayah terluar dan wilayah timur Indonesia terabaikan. Pemuda disana menjadi acuh terhadap bangsa ini karena mereka menganggap negara acuh terhadap kesejahteraan saudaranya disana.

Bagaimana dengan persoalan bahasa? Kita seakan abai dengan Bahasa asli, Bahasa Indonesia dan daerah. Kita semua terlena dengan yang namanya lelucon masyarakan ekonomi global. Didalam masyarakat global, bahasa universal atau bahasa yang digunakan di seluruh dunia amatlah penting.

Saking pentingnya, di sekolah terdapat mata pelajaran bahasa asing seperti Inggris, Jepang, Mandarin, Arab. Namun bagaimana Bahasa Indonesia dan Bahasa daerah? Pelajarannya tak mendalam seperti mendalami bahasa asing.

National Geographic Indonesia
National Geographic Indonesia
Bahasa Indonesia amatlah kaya, disana terdapat bahasa nasional dan bahasa daerah. Bahasa daerah kita amatlah banyak, beda wilayah beda logat. Malah di Papua, beda suku beda bahasa. Keren kan?

Namun naas kita sendiri sebagai oemuda sering menggunakan bahasa alay, bahasa kekinian, bahasa yang tak terdapat di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Banyak dari orangtua sekarang mengajarkan anaknya untuk bebricara menggunakan bahasa universal tadi.

Hal ini menghawatirkan, mengapa? Bahasa kita bisa saja hilang dari negeri sendiri. Lihatlah di malaysia, banyak dari warganya menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa sehari-hari. Bagaimana dengan bahasa melayu? Yah mungkin beberapa tahun lagi bahasa itu akan punah dari Malaysia.

Lalu model perjuangan apa yang harus kita lakukan? Hay pemuda kalian adalah oenerus bangsa, jangan berpangkutangan pada orang tua yang duduk nyaman di senayan, jangan pula acuh terhadap kemajuan bangsa.

Banyak yang bisa kita lakukan, kawan. Lakukan semua kesenangann kalian. Kalian suka seni? Buatlah karya seni yang bagus, seperti jam tangan buatan pemuda di Bandung. Jam tangan dari kayu itu telah menembus pasar eropa.

Modernitas yang ada di jam tangan dipadukan dengan gaya masa lampau yang tercermin dari kayu. Kayunya pun tak sembarangan. Mereka mengambilnya dari kayu bekas mebel.

Apalagi yang kalian suka? Otomotif? Baiklah , jika kalian menyukainya percayalah itu hl yang bagus. Namun tetap berpijak pada peraturan yang ada untuk race....

Saya tahu, kususnya kita yang berdomisili di Jakarta tidak memiliki arena yang resmi untuk menyalurkan hobi. Lalu apa yang bisa kita buat? Mintalah pada pemerintah. Jangan bosan dan jangan abai, karena ini bisa membentuk karakter pemuda kita. Kita tekan pemerintah lewat koridor yang telah tertuang dalam undang-undang tentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun