Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Perjuangan Pemuda Dulu, Sekarang, dan Selamanya

1 November 2016   05:11 Diperbarui: 1 November 2016   09:22 3815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia, sebuah negara kepulauan yang diapit oleh dua samudra dan dua benua. Masyarakatnya yang majemuk dibalut dengan kain tebal bernama Pancasila untuk meredam segala egonya. Dikukuhkan dengan pasak bernama UUD 45, membuat negara ini seksi ditengah ingar bingar 'perang' negara-negara adidaya.

Indonesia, itulah sebutan bagi wilayah yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Beberapa wilayah negara ini dilintasi oleh garis khatulistiwa, membuat negara ini beriklim tropis. Menurut raja dangdut, Roma Irama, dalam sebuah lagunya, penduduk Indonesia menembus 250 juta jiwa.

Indonesia, itulah sebuah kata yang diucapkan oleh para pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Dalam sidang pemuda pada hari ke dua, para pemuda berikrar untuk bertumpah darah satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, berbahasa persatuan satu bahasa Indonesia.

Ikrar tersebut terus dikenang dan setiap tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai hari sumpah pemuda. Ikrar tersebut bukan hanya selogan belaka, karena dalam setiap langkah perjuangan pemuda generasi 45, lafasnya adalah kata sakti itu.

Tapi, setelah 71 tahun Indonesia merdeka dari penjajahan, masihkah ikrar sakti itu bisa digunakan sebagai pelecut semangat anak muda negeri ini? Agaknya kita harus mencari tau terlebih dahulu apa sebab dibentuknya Indonesia sampai-sampai muncul sebuah ikrar sakti tersebut. Karena percayalah, sebuah ikrar sakti tak mungkin terucap jikalau tak ada sebuah perjuangan melawan ketidak benaran.

Awalnya Indonesia dibentuk akibat keresahan yang mendera para pejuang. Mereka melihat rakyat diatas tanahnya dijadikan budak. Naasnya, hasil yang di nikmati tak sebanding dengan pekerjaan yang harus mereka lakukan.

Penindasan, kesewenang-wenangan, perbudakan, penjarahan, serta penjajahan itulah yang terjadi ketika dunia memasuki era kolonialisme, dan Indonesia juga turut ambil bagian. Namun seperti yang sudah djelaskan sebelumnya, Indonesia menjadi negara yang terjajah bukan menjajah.

Disitulah perjuangan muncul, iya, Indonesia lahir akibat penjajahan. Indonesia tercipta berkat perasaan yang ingin merdeka dari penjajahan tanpa ada penghisapan atas apapun dan menciptakan masyarakat adil serta makmur. Itulah hikayat perjuangan Indonesia serta pemuda pada khususnya.

Ketika 'masa kegelapan', jika boleh menggunakan umpatan itu, para pemuda berjuang lewat perang yang meletus di berbagai daerah. Bukan hanya mengangkat senjata, perjuangan waktu itu dilakukan lewat 'perang otak'.

Pendidikan 60 Detik
Pendidikan 60 Detik
Berbagai diplomasi, penyebaran pemikiran soal kemerdekaan, sidang umum, terbentuknya beberapa organisasi menjadi contoh betapa kuatnya perjuangan lewat pikiran itu dilakukan. Sampai-sampai, banyak tokoh pemuda waktu itu yang akrab dengan dinginnya jeruji besi dan wilayah pengasingan oleh para penjajah.

Sekarang Indonesia telah merdeka, akankah perjuangan itu telah usai? Nyatanya tidak, kawan. Perjuangan kita belum habis, perjuangan kita bahkan harus lebih hebat lagi dibanding generasi 45.

Bung Karno, Bapak Revolusi kita pernah berkata "perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri". Itulah situasi yang ada, kita harus melawan bangsa sendiri.

Menagapa begitu? Seperti yang sudah disebutkan tadi, Indonesia lahir akibat perasaan terjajah. Para pejuang mencoba memerdekakan wilayah ini agar tidak ada lagi penghisapan oleh sesuatu, serta membawa keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat yang tersebar di pulau-pulau berbeda.

Nyatanya hingga kini keadilan dan kemakmuran masih belum nampak. Semua ini terjadi lantaran konsentrasi pembangunan hanya terjadi di beberapa wilayah khususnya Pulau Jawa. Masyarakat yang ada di pulau lain terutama di bagian timur masih sedikit menikmati hasil kemerdekaan yang terjadi.

Ketimpangan pendapatan, pembangunan yang belum merata, pendidikan minim, fasilitas yang jauh dari standart layaknya kota yang tertata adalah potret muram dari pulau-pulai di luar Jawa, khususnya pulau yang ada di wilayah timur dan perbatasan Indonesia. Semua ini adalah akumulasi yang terjadi akibat kebijakan dari para presiden sejak Indonesia merdeka.

Para presiden sering memfokuskan pembangunan hanya di Pulau Jawa, khususnya ketika Soeharto memimpin. Lalu dimanakah kesejahteraan itu berada? Adanya hanya di beberapa kota besar khususnya Jakarta.

Sebagai pusat pemerintahan dan pusat perekonomian, Jakarta adalah kota seksi bagi investor yang ingin mengembangkan bisnisnya. Kemudahan akses perizinan dan fasilitas pendukung seperti jalan yang memadai, menjadi dua bagian integral sebagai pendukung pembangunan ekonomi.

Lalu bagaimana dengan wilayah lain? Mereka kebanyakan mendapat keuntungan dari bertani, berkebun, beternak dan segala macam hal yang bersifat tradisional. Tak jarang, banyak dari putra daerahnya yang potensial pergi ke kota besar untuk mencari kerja. Kenyataan ini terjadi akibat tidak adanya lapangan kerja yang sesuai dengan keahliannya.

Saya pernah bertemu dengan seorang yang berasal dari wilayah timur. Pria itu merupakan lulusan sebuah perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah jurusan IT. Apa yang terjadi? Dia mencari kerja di wilayah Jakarta dengan alasan sederhana, karena disana IT jarang di gunakan akibat sedikitnya kantor.

Lalu soal keadilan? Waduh ini hal yang paling menarik. Negeri ini adalah negara hukum katanya, keadilan sangat dijunjung tinggi. Namun keadilan mana yang diperjuangkan? Perjuangan kepala daerah yang berniat membuat pertambangan diatas lahan konservasilah jawabannya.

Forum Geosaintis Muda Indonesia
Forum Geosaintis Muda Indonesia
Ingat itu kasus Salim Kancil, bagaimana penyelesaiannya? Tidak jelas hingga sekarang, kawan. Dia tewas di tengah banyak tanda tanya, hingga kini dalang pembunuhannya masih seliweran di desa tempat tambang itu dibangun.

Harusnya kalian juga ingat tetang kasus pejuang HAM bernama Munir, walau tahun kematiannya sudah terhitung memiliki dua digit angka,  penyelesaiannya masih samar. Bahkan hasil penyelidikannya pun hilang. Hilang? Ia hilang ditangan Presiden SBY. Dimana keadilan itu adanya? Adanya ditangan para pemangku kepentingan negara, kawan.

Oia kita belum membicarakan perjaungan yang menegarai lahirnya Indonesia, yaitu penghisapan atas sesuatu yang ada di negara ini. Apakah penghisapan itu sudah kelar dari Indonesia merdeka? Sepertinya tidak, bukan sepertinya, tapi jelas-jelas tidak!

Lihat tambang yang membuat bumi papua memiliki semacam pusar itu. Ia betul, tambang emas perusahaan Freeport. Pusaran yang dulunya berbentuk gunung kini tinggal lubang menganga. Kerusakan lingkungan terjadi disana. Apa yang kita dapat? Dulu kita hanya mendapat 20 persennya saja namun kini kita dapat sekitar 50 persen keuntungan dari tambang emas tersebut.

Lihat pula model makanan yang sekarang disajikan di restaurant yang biasa disinggahi oleh anak muda kota metropolitan. Spagetti, pizza, atau apalah itu makanan dari negeri sakura yang terlihat enak dan digandrungi oleh anak muda. Itu bentuk penghisapan juga, kawan. Tengoklah bagian kerah pakaian kalian atau merek sepatu yang kalian pakai, apakah kalian memakai merek lokal?

Walaupun kalian membeli produk KW, yang pasti merek yang tertera adalah merek luar bukan? Pikiran kita telah dihantui oleh produk luar yang bergwngsi dengan harga selangit. Pikiran kita telah dihisap dengan tren dan mode yang dikeluarkan bangsa barat.

Lalu bagaimana dengan tren dan mode yang ada di dalam negeri? Kini sudah banyak seniman, pembuat mode, maupun pembuat makanan yang mengelaborasi gaya tradisional Indonesia yang dipadupadankan dengan modernitas. Ternyata hal ini mulai dilirik anak muda.

Mungkin karena mental kita adalah mental terjajah, tetap saja kiblat kita adalah barat. Apakah saya menggunakan pakaian dan makanan dari luar? Saya akui saya terkadang menikmatinya, tapi gaya Indonesia kesukaan saya

Sepatu yang saya kenakan merek league, celana saya merupakan hasil memesan di toko permak levis, tapi tentu bahannya dari luar negeri. Kaos? Ah kaos saya kaos yang tak jelas mereknya namun bahannya nyaman. Membicarakan tentang budaya barat yang dikonsumsi pemuda sekarang, saya ingat dengan perkataan Pramoedya Ananta Toer "Jangan agungkan Eropa. Engkau sudah lupa kiranya, nak. Yang kolonial selalu iblis".

Kali ini kita ngobrolin soal sumpah sakti tanggal 28 Oktober itu, apakah isi sumpah itu telah dilaksanakan oleh pemuda sekarang? Sepertinya belum.

Bangsa menurut KBBI adalah kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan negara adalah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyau kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat.

Namun kini banyak pemuda yang mengikuti aliran-aliran ekstrem dan teroris. Keduanya memiliki satu tujuan yaitu membangun negara baru diatas negara lama dalam hal ini adalah Indonesia. Sehingga semangat sumpah pemuda itu mati oleh pemikiran itu.

Kehidupan berbangsa juga terganggu lantaran banyak pemuda yang ingin bebas dan tidak mengikuti aturan yang berlaku di Indonesia. Mereka malah bangga dengan daerah asal atau primordial, sampai-sampai memimpikan untuk membelot dari NKRI.

Semua ini terjadi, balik lagi seperti yang sudah dianalisis diatas, bahwa desentralisasi pembangunan amat kentara terjadi di Indonesia.  Wilayah terluar dan wilayah timur Indonesia terabaikan. Pemuda disana menjadi acuh terhadap bangsa ini karena mereka menganggap negara acuh terhadap kesejahteraan saudaranya disana.

Bagaimana dengan persoalan bahasa? Kita seakan abai dengan Bahasa asli, Bahasa Indonesia dan daerah. Kita semua terlena dengan yang namanya lelucon masyarakan ekonomi global. Didalam masyarakat global, bahasa universal atau bahasa yang digunakan di seluruh dunia amatlah penting.

Saking pentingnya, di sekolah terdapat mata pelajaran bahasa asing seperti Inggris, Jepang, Mandarin, Arab. Namun bagaimana Bahasa Indonesia dan Bahasa daerah? Pelajarannya tak mendalam seperti mendalami bahasa asing.

National Geographic Indonesia
National Geographic Indonesia
Bahasa Indonesia amatlah kaya, disana terdapat bahasa nasional dan bahasa daerah. Bahasa daerah kita amatlah banyak, beda wilayah beda logat. Malah di Papua, beda suku beda bahasa. Keren kan?

Namun naas kita sendiri sebagai oemuda sering menggunakan bahasa alay, bahasa kekinian, bahasa yang tak terdapat di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Banyak dari orangtua sekarang mengajarkan anaknya untuk bebricara menggunakan bahasa universal tadi.

Hal ini menghawatirkan, mengapa? Bahasa kita bisa saja hilang dari negeri sendiri. Lihatlah di malaysia, banyak dari warganya menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa sehari-hari. Bagaimana dengan bahasa melayu? Yah mungkin beberapa tahun lagi bahasa itu akan punah dari Malaysia.

Lalu model perjuangan apa yang harus kita lakukan? Hay pemuda kalian adalah oenerus bangsa, jangan berpangkutangan pada orang tua yang duduk nyaman di senayan, jangan pula acuh terhadap kemajuan bangsa.

Banyak yang bisa kita lakukan, kawan. Lakukan semua kesenangann kalian. Kalian suka seni? Buatlah karya seni yang bagus, seperti jam tangan buatan pemuda di Bandung. Jam tangan dari kayu itu telah menembus pasar eropa.

Modernitas yang ada di jam tangan dipadukan dengan gaya masa lampau yang tercermin dari kayu. Kayunya pun tak sembarangan. Mereka mengambilnya dari kayu bekas mebel.

Apalagi yang kalian suka? Otomotif? Baiklah , jika kalian menyukainya percayalah itu hl yang bagus. Namun tetap berpijak pada peraturan yang ada untuk race....

Saya tahu, kususnya kita yang berdomisili di Jakarta tidak memiliki arena yang resmi untuk menyalurkan hobi. Lalu apa yang bisa kita buat? Mintalah pada pemerintah. Jangan bosan dan jangan abai, karena ini bisa membentuk karakter pemuda kita. Kita tekan pemerintah lewat koridor yang telah tertuang dalam undang-undang tentunya.

Oia kita sebagai pemuda juga tak boleh abai dengan gaya busana. Makanya banyak diantara kita telah dibudaki oleh merek ternama buatan luar, buatan barat, buatan kapitalis, buatan iblis, kata Pram. Pernahkah kalian berfikir produk dalam negeri juga mampu bersaing?

Karena saya penyuka treveling, saya membeli banyak alat untuk mendukung hobi saya. Merek yang saya pilih tak jauh dari consina dan eiger, bukan karena keduanya merek Indonesia saja, alasan lainnya karena keduanya memiliki kualitas yang cukup baik dan harganya masih bisa ditakar dengan akal.

Jika kalian jenuh dengan kealphaan pemerintah pusat terhadap wilayah yang kalian tempati sekarang, buatlah gebrakan. Buatlah inisiatif dengan modal gotong royong, bukankah itu yang diajarkan oleh para oendahulu kita?

Kalian tahu monumen yang menjulang tinggi ke angkasa di pusat kota Jakarta bernama Monumen Nasional? Dia lahir kedunia berkat perilaku gotong royong. Warga patungan dalam membuat monumen kebanggaan Indonesia ini. Emasnya diperoleh dari seorang saudagar asal Aceh.

Kalian lupa dengan Ganefo? Ituloh pesta olahraga terbesar untuk menandingi olimpiade. Sebagian pembiayaannya dialakukan dengan gotong royong. Semua warga ambil bagian dalam pelaksanaannya. Warga lombok turut ambil bagian, mereka menyumbangkan kain tenun khasnya untuk pendanaan pesta olahraga paling membanggakan yang pernah dilakoni para atlet kita.

Jika kalian melihat jalan yang berlubang, cobalah cari bangunan yang sedang di hancurkan. Bawa beberapa warga untuk mengangkuti puingnya untuk ditata di jalanan.

Jika kalian melihat pendidikan yang minim, kalian bisa gunakan buku-buku bekas untuk dijadikan modal awal membuat anak-anak dibawah usia kita hidup di tengah cahaya pendidikan.

Kereatifitas kita amatlah dibutuhkan oleh negara yang amat luas ini. Pemerintah juga memiliki keterbatasan dalam mengawasi setiap jengkal wilayah NKRI yang terpisahkan oleh lautan. Dibutuhkan peran pemuda untuk menjaga keutuhan NKRI.

Pemuda ingatlah, selama Indonesia berdiri perjuangan itu harus tetap berkobar. Karena saya percaya sampai kapanpun juga kita hidup untuk berjuang, setidaknya untuk memperjuangkan hidup itu sendiri.

Ingatlah satu ajaran yang diberikan oleh Sri Krisna kepada Arjuna yang dituangkan dalam Bhagawat Gita "karmanje fadikaraste temapalesju kadattjhana," artinya kerjakan kewajibanmu tanpa menghitung-hitung akibatnya. Apa kewajiban pemuda? Menjalankan tiga sumpah dan berjuang melawan penghisapan serta membangun Indonesia yang adil dan sejahtera.

KA Pasar Minggu-Palmerah

31 Oktober 2016

(D.A)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun