Pun begitu dengan Kompasiana, sebuah media warga yang menjadi wadah bagi masyarakat berkeluh kesah dan menyuarakan opini serta reportasenya. Walau pemilu akan dilangsungkan tahun 2017, namun riuh rendah warga menyambut event akbar ini telah terasa jauh-jauh hari.
Bertubi-tubi artikel masuk ke Kompasiana. Berturut-turut pula artikel itu membicarakan seluruh pasangan calon pemimpin yang bertarung dalam pilkada serentak 2017.
Pembaca dan penulis di Kompasiana yang biasa disebut Kompasianer mengeluhkan admin kompasiana yang berpihak oleh salah satu pasangan calon. Mereka menilai admin dalam memilih artikel pilihan dan Headline mengutamakan artikel yang berbicara soal kebaikan satu pasangan calon.
Berbeda dengan produk pers pada umumnya, produk yang dihasilkan oleh Kompasiana merupakan artikel yang dibuat oleh warga. Prosesnya adalah warga lah yang mengemas produk tersebut dan akan dikoreksi sedikit oleh admin mulai dari keabsahan hingga teknik penulisan tanpa menghilangkan esensi dari tulisan tersebut.
Tentu saja artikel yang di berikan label artikel pilihan maupun artikel headline adalah artikel terbaik yang disajikan oleh warga. Jadi saya rasa keberpihakan kepada salah satu pasangan calon pemimpin sukar diterima jika tolak ukurnya adalah artikel pilihan dan headline yang dipilih oleh admin.
Saya amat percaya, praktik pemberian uang kepada penulis di Kompasiana sedikit risikonya, karena belum tentu semuanya cakap dalam menulis dengan struktur yang baik. Akses untuk meliput sebuah peristiwa atau tokoh penting pun akan sangat sulit mengingat mereka tidak memiliki legalitas dan payung hukum jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Mengapa saya katakan seperti itu? Seperti yang saya tulis di paragraf sebelumnya, praktik pemberian uang kepada oknum wartawan terjadi biasanya ketika sebuah peristiwa atau melibatkan institusi tertentu maupun parpol. Jadi jelas keberpihakan admin di level pembuatan berita tidak ada.
Kompasiana bukanlah sebuah media dengan pembaca sebanyak media mainstream atau produk pers yang ada. Hal ini berakibat pada isu yang ditonjolkan.
Isu itu bisa di lihat dari topik pilihan yang dibuat admin. Berbeda dengan produk jurnalistik pada umumnya yang bebas menentukan isu yang ditonjolkan, Kompasiana tak mungkin melakukan hal itu untuk menarik pembaca. Hal ini terjadi lantaran isu di Kompasiana mengikuti keinginan pembaca.
Sebagai sebuah produk pers alternatif, jurnalisme warga adalah alternatif warga dalam membaca dan menulis sebuah informasi. Informasi warga lebih banyak didapat dari media mainstream dan dituliskan ke dalam sebuah artikel yang diposting di laman Kompasiana. Tak ayal, isu atau topik pilihan maupun prokontra yang menjadi isu serta pemikat warga untuk menulis di Kompasiana dipengaruhi oleh para penulis dan pembaca yang mengikuti dan menuliskan hal-hal yang diberitakan oleh media mainstream.
Jika memilih isu sendiri, pastilah riuh di Kompasiana tak bisa dirasakan. Karena isu itu tidak populer untuk pembaca dan penulis di Kompasiana. Prokontra dan topik pilihan adalah salah satu cara Kompasiana menghidupkan riuh di blog keroyokan ini.