**
Pak Jokpin menjawab ringkas ketika saya (yang bukan siapa-siapa) meminta beliau untuk memberikan endorsement pada buku saya. Beliau membaca cermat, sebelum kemudikan berkenan memberikannya. Tidak rumit. Tidak ribet. Bahkan seperti saya hanya meminta pada seorang teman.
Padahal, siapakah saya ini?
Beliau adalah nama besar yang tidak sekalipun tampak terbebani dengan nama besarnya. Alih-alih  terbebani, beliau malah meletakkan nama besarnya dan berjalan pada proses kreatif puitiknya yang luar biasa dengan begitu ugahari.
Selain "Pisau Berkarat di Samping Cobek Retak", "Sebuah Tanjakan dengan Dua Kelokan (1)", "Sebuah Tanjakan dengan Dua Kelokan (2)", dan "Sepasang Kursi Rotan di Teras Kecil", "Dua Burung Kecil di Tandan Pisang" merupakan sajak indah yang menunjukkan dan mewakili kesederhanaan yang menyentuh dari sajak-sajak Adrian. Â (Joko Pinurbo, penyair)
**
"Apa agamamu? Agamaku adalah air yang membersihkan pertanyaanmu."
Lihatlah, pada permenungan hebat yang ditulis dengan begitu sangat sederhana ini. Salah satu puisi amat mendalam yang ditulis Joko Pinurbo. Mendalam karena frasanya yang membebaskan. Tidak ada hal indah selain pengalaman yang membebaskan.
Ada begitu banyak hal yang membelenggu diri. Masa lalu, masa sekarang, masa mendatang, Impian, preferensi, cita-cita, idealisasi dan seterusnya. Hal-hal yang ketika tersampaikan kepada orang lain dapat menjadi buluh yang tajam menusuk. Melukai.
Tetapi Joko Pinurbo malah mengajak membebaskan diri dari banyak keterikatan, sehingga hanya kasih-lah yang dibagikan kepada orang lain.
Puisinya yang begitu ugahari menyentuh banyak hati. Kepulangannya mengumpulkan banyak sahabat dan kerabat. Tidak ada kematian yang lebih indah dari itu.