Para pejuang mewariskan banyak hal kepada generasi penerusnya. Disamping kemerdekaan dan kegembiraan, juga mewariskan konsekuensi.
**
Pandemi Covid-19 terlepas dari teror mengerikan yang disebarkan, juga seperti menghadirkan jeda untuk memberi makna baru pada kebersamaan.
Kebersamaan sebagai keluarga dalam lingkup terkecil, dengan tetangga dan masyarakat sekitar di ranah yang lebih besar, serta kebersamaan dalam entitas besar bernama "negara".
"Saya kehilangan 6 anggota keluarga, mas. Istri, adik dan keponakan hanya dalam waktu singkat," kata seorang bapak. Yang bekerja di sebuah biro perjalanan di bilangan Jalan Sudirman, Yogyakarta.
Sambil melayani, beliau berbagi cerita yang terasa sangat banyak dalam waktu yang pendek. Cerita duka dan kehilangan.
Bau kematian menyelinap ke setiap bagian perjumpaan, waktu itu. Kebersamaan tanpa protokol kesehatan merupa undangan bagi kematian untuk hadir.
Maka kebersamaan lalu terhenti. Perjumpaan dibatalkan. Sekolah diliburkan. Ekonomi mandeg. Rumah sakit kehabisan bed. Obat-obatan dibeli seperti berbelanja untuk permen. Tenaga kesehatan bertumbangan. Ambulans lebih sering berlalu-lalang membawa kabar dukacita.
Tidak ada pesta kemerdekaan setidaknya dalam dua tahun terakhir.
**