Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membawa Pergulatan Hidup Menuju Natal

24 Desember 2021   05:36 Diperbarui: 24 Desember 2021   05:51 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum disebut sebagai Pesta Natal dengan pernak-pernik dan juga menghabiskan banyak uang, jauh sebelumnya peristiwa yang kemudian disebut dengan Natal adalah peristiwa-peristiwa dengan banyak persoalan. Mari kita lihat salah tiganya saja.

Pertama, adalah perihal Santa Elizabeth. Beliau mengandung di usianya yang sudah lanjut. Sebelum mencapai usia lanjut dan kemudian halim, eh hamil, maka beliau menanggung beban berat. Sebagai perempuan mandul. 

Yang dalam konteks lingkungan yang berpotensi nyinyir maka pasti menerima kenyinyiran itu. Pun bila sebentuk kasak-kusuk di belakang. Meski tidak banyak diceritakan, Santa Elizabeth adalah yang melakujalani tahapan itu dengan takzim. Meski juga dapat terasa sangat jauh untuk ditempuh.

Tentu hal yang menakjubkan adalah ketika di masa tuanya beliau hamil. Pada waktu dikunjungi Santa Maria kehamilan beliau dicatat berusia enam bulan. Dan bayinya "melonjak kegirangan". Setidaknya begitu teks ditulis dalam versi terjemahannya. Melonjak juga rasanya dapat tidak terlalu pas. Mana ada bayi di dalam kandungan dapat melonjak.

Arti melonjak di KBBI adalah: meloncat ke atas (dengan kedua belah kaki) hendak mencapai sesuatu. Dengan bertumpu pada kedua kaki. 

Tentu bayi Yohannes Pembaptis tidak dapat melonjak kegirangan. Itu adalah penggambarannya. Karena bayi enam bulan di kandungan tentu masih terikat pada tali pusar dan gerakannya sangat dibatasi dinding-dinding rahim ibundanya.

Ketika Santa Maria mengunjungi kerabatnya Elisabeth, keduanya dalam keadaan sedang mengandung. Maria sedang mengandung bayi Yesus dan Elisabeth sedang mengandung bayi Yohanes Pembaptis. Maria meninggalkan kampung halamannya setelah menerima kabar sukacita dan lalu: berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda" (Lukas 1:39) untuk menemui sepupunya Elizabeth. Maria hamil 3 bulan. Elizabeth hamil 6 bulan.

Terdapat beberapa kota yang diyakini menjadi tempat kunjungan tersebut, yakni Hebron yang berada di selatan Yerusalem, dan Ein Karem. Perjalanan dari Nazareth ke Hebron berjarak sekitar 130 km dalam jalur langsung. Elisabet telah mengandung selama enam bulan sebelum Maria datang (Lukas 1:36). Maria tinggal di sana selama tiga bulan, dan banyak pendapat yang sepakat bahwa Maria tetap tinggal di rumah Elizabeth untuk menunggu kelahiran Yohanes Pembaptis.

Perjumpaan Maria dan Elizabeth adalah berjumpaan dua perempuan yang mengandung secara ajaib. Elizabeth mengandung di usia tua. Maria mengandung Yesus tanpa persetubuhan. Begitu dicatat dalam banyak buku. Seperti di Injil dan Al Quran.

Perjalanan sekitar 130 kilometer untuk perempuan yang sedang mengandung 3 bulan tentu bukan perkara mudah. Dalam situasi sekarang, bidan yang memantau kehamilannya akan melarang perjalanan itu dilakukan. Entah secara detil bagaimana jarak itu ditempuh. Pokoknya jauh. Kira-kira jarak dari Solo ke Kendal. 

Kira-kira setara juga dengan jarak dari Semarang ke Yogyakarta lewat Klaten. Rasanya waktu itu keledai yang mungkin dipakai sebagai alat bantu. Seperti dipakai Yusup untuk mengantariringi Maria pada saat sensus penduduk.

Pada saat Maria mengandung Yesus setidaknya ada dua perjalanan yang cukup jauh. Yaitu saat mengunjungi Elizabeth, dan saat sensus penduduk yang dipuncaki dengan kelahiran di "kandang" itu. 

Tentu tahun itu adalah tahun yang sibuk untuk Maria. Dalam kondisi hamil pergi ke rumah Elizabeth. Menempuh perjalanan sejauh 130 kilometer. Berada di sana selama "sekitar tiga bulan". Pulang menempuh lagi 130 kilometer. Kembali ke rumah dalam kondisi hamil kira-kira enam bulan. Lalu nanti pergi lagi dalam kondisi hamil sembilan bulan.

Banyak hal terjadi dalam hitungan tahun itu. Mungkin juga melelahkan Maria. Tetapi juga menggembirakan. Tahun yang sibuk. Tahun yang banyak urusan untuk dilakukan. 

Kalau jarak dari Nazareth ke Bethlehem adalah 156.7 kilometer, maka selama kehamilan Maria menempuh 260 + 156.7 = 416.7 kilometer. Itu yang tercatat. Yang 156.7 kilometer lainnya sambil membawa pulang bayi Yesus. 

Ini bila diasumsikan Maria pulang lagi ke Nazareth. Ini belum termasuk perjalanan 3 hari pulang-pergi ketika nanti Maria mencari Yesus yang "kesingsal" di Bait Allah. Itupun Maria mendapat jawaban: "Mengapa Ibu mencari Aku sedangkan Aku berada di rumah BapaKu"

Betapa hebatnya Maria. Dari banyak jarak saja sudah dapat untuk menanda betapa banyak hal harus diuruslakukan oleh Maria. Dari banyak peristiwa kemudian dicatat bahwa "..lalu Maria menyimpan semua itu di dalam hatinya"

Ini belum bercerita tentang konflik dalam diri Yusup. Harus menerimajalani relasinya dengan Maria. Harus juga ikut ke sana-sini. Harus ikut mengurus ini-itu. Ikut jalan tiga hari bolak-balik mencari Yesus. Mereka juga bekerja untuk nafkah keluarga. Yusup dikatakan berprofesi sebagai tukang kayu.

Ah, hidup ini memang sibuk. Elizabeth sibuk. Maria sibuk sekali. Yusup tidak kalah sibuknya. Semua bergulat dengan persoalan masing-masing. Mungkin Yusup juga harus membeli keledai tunggangan. 

Maka, Santo Yusup memang sangat layak diteladani sebagai Sang Penjaga. Yang melakukan apa yang harus dilakukan. Menjalani yang harus dijalani. Meski sempat juga terpikir untuk tidak melanjutkan relasi dengan Maria. 

Sebelum lalu diperingatkan lewat mimpi. Mimpi yang tetap misterius sampai hari ini. Untuk apa dan mengapa itu terjadi. Sampai Sigmund Freud juga penasaran sedemikian rupa.

Yusup juga sempat berpikir untuk "quit from the race". Sempat mungkin bingung dan lelah. Sebagai ahli kayu tentu kalau ada materi yang jelek harus diganti dengan yang sesuai. Persoalan dipasangkan dengan jalan keluar. Selogis itu. Yang menakjubkan tentu Maria dan Elizabeth yang tekun sedemikian rupa. Menjalani dengan takzim. Menggantungkan pada harapan.

Maka kalau Natal ini terasa sumpek karena banyak masalah, hadir di gereja adalah sebuah pilihan. Saat terbaik meletakknya beban. Saat jeda yang ugahari. Jauh lebih dulu, Elizabeth, Maria, Yusup dan juga Yesus adalah pada penanggung beban persoalan yang kuat dan hebat. Tidak salah, tidak keliru kepada mereka menimba inspirasi. Menimba kekuatan dan peneguhan untuk menjalani hidup.

Selamat menyambut Natal. Damaikan hati, damaikan bumi.

| Cawang | 23 Desember 2021 | 21.45 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun