Bagian ini mirip seperti lagu lain tentang Sri, yang pamit hanya untuk membeli terasi di warung sebelah tetapi tidak kunjung tiba kembali. Lalu hanya teriakan sendu merayu: Ndang balio, Sri! Lekaslah pulang, Sri!
Begitulah. Dalam seretan definisi kaya-miskin dalam ekonomi modern, toh sebenarnya tidak ada yang berubah di dunia ini. Bila menengok Suku Badui Dalam, misalnya, mereka terasa lebih kaya dari belahan dunia kapitalistik. Baik penjajahan kepada para pekerja, atau penjajahan industri kepada para buruhnya yang dalam situasi tertentu disetarakan dengan mesin produksi.
Dan lalu narasi Sir Didi seperti persembunyian yang ugahari dalam tekanan ekonomi modern yang hanya berhasil membuat definisi kemiskinan menjadi terus menguat. Maka, dalam narasi-narasi Sir Didi, hal yang dulu tidak mungkin sekarang menjadi mungkin. Yang dulu jatuh cinta dulu baru patah hati, sekarang dapat patah hati dulu dan jatuh cinta kemudian.
Sungguh, Sir Didi adalah seorang filsuf!
| Magelang | 7 September 2019 | 10.01 |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H