Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Daun-daun Jati Pembungkus Nasi

9 Maret 2019   06:21 Diperbarui: 9 Maret 2019   20:34 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Heru Tricahyanto

Sekedar melambaikan tangan, atau kalau beruntung, menemanimu berjalan jauh melewati permukaan-permukaan pantai di sisi selatan

Mengelana ke pelosok negeri bawah sadar yang membentangkan lansekap takdir yang mahaluas: lansekap ketidaktahuan

Kamu adalah ketidaktahuan terpenting yang kumiliki, saat waktu memaksaku kembali menemuimu di ujung malam

"Hai," hanya itu paragraf terbaik yang dapat kujumpai waktu itu

Lalu lansekap ketidaktahuan membawa banyak hari berlalu lebih cepat
Tetapi selalu melambat saat sore, dan nyaris berhenti saat maghrib

Saat kamu melintasi rel kereta api, dan alunan saxophone memenuhi ruangku pada sebuah sisi ketidaktahuan

Saat ketika hari baru benar-benar dimulai, dan lansekap mahaluas ketidaktahuan kembali dibentangkan

| Prambanan | 9 Maret 2019 | 04.50 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun