Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Daun-daun Jati Pembungkus Nasi

9 Maret 2019   06:21 Diperbarui: 9 Maret 2019   20:34 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Heru Tricahyanto

Bukan karena pagi selalu mengejutkan
Bukan karena aku selalu membuka mata dengan pikiran yang menari tentang mimpi yang berlarian dan bermunculan
Lalu diikuti hal-hal yang dilakukan dengan tergesa

Tetapi karena sorelah yang mengajak pikiranku berhenti

Mengirup aroma arang penjerang air yang terbakar
Membiarkan kopi menghamburkan aromanya
Lalu menjumpai daun-daun jati pembungkus nasi

Betulkan, hari memang dihitung mulai sore?

Karena sore kita dapat duduk bersama hari, untuk kemudian menanti adzan maghrib

Oh, pernahkah kuceritakan mengapa aku menyukai adzan maghrib?

Belum, sepertinya ya

Karena maghrib adalah waktumu bergegas melintasi rel kereta api lalu menyusur jalan pulang
Sementara, bagiku, maghrib adalah ketika hari sedang mulai beranjak menjadi lebih misterius

Lalu malam, waktu terlelap dalam tidur nanti, adalah ritual terpenting sebuah hari

Melewati labirin-labirin ketidaktahuan, kodrat manusia yang terus dilawan dengan akal sehat

Aku menikmati malam, karena dapat menemuimu dalam kebebasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun