Bukan karena pagi selalu mengejutkan
Bukan karena aku selalu membuka mata dengan pikiran yang menari tentang mimpi yang berlarian dan bermunculan
Lalu diikuti hal-hal yang dilakukan dengan tergesa
Tetapi karena sorelah yang mengajak pikiranku berhenti
Mengirup aroma arang penjerang air yang terbakar
Membiarkan kopi menghamburkan aromanya
Lalu menjumpai daun-daun jati pembungkus nasi
Betulkan, hari memang dihitung mulai sore?
Karena sore kita dapat duduk bersama hari, untuk kemudian menanti adzan maghrib
Oh, pernahkah kuceritakan mengapa aku menyukai adzan maghrib?
Belum, sepertinya ya
Karena maghrib adalah waktumu bergegas melintasi rel kereta api lalu menyusur jalan pulang
Sementara, bagiku, maghrib adalah ketika hari sedang mulai beranjak menjadi lebih misterius
Lalu malam, waktu terlelap dalam tidur nanti, adalah ritual terpenting sebuah hari
Melewati labirin-labirin ketidaktahuan, kodrat manusia yang terus dilawan dengan akal sehat
Aku menikmati malam, karena dapat menemuimu dalam kebebasan