Seperti Padre Pio yang harus menerima luka-luka Yesus. Pada kesempatan tertentu bahkan Padre Pio harus juga mengalami sakit yang amat-luar-biasa atas luka-luka (stigmata) itu. Luka-luka yang secara  ajaib juga menebarkan bau-harum. Keiklasan menziarahi, yang tentu saja berat, juga membuahkan rahmat yang ajaib.Â
Bila kematian  datang  bak pencuri seperti ditulis ayat pada kitab-kitab kudus, maka untuk ibu yang kita doakan kemarin,  kematian yang misterius itu hadir dan disambutnya sebagai rahmat-kesempatan untuk bertemu Allah yang Maharahim. Allah yang penuh kasih. Allah yang disambutnya dengan jiwa. Yang dinantikan dan dirindukan. Yang ditunggu dalam laku doa dan puasa yang luput dari perhatian orang lain.Â
Seperti rusa yang mendamba air.Â
Prambanan, Â Juni 2015
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/diart/laku-puasa-dan-doa-perjalanan-sunyi-ke-dalam-diri_5763e613329373d009f39f4f
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H