Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Laku Puasa dan Doa: Perjalanan Sunyi ke Dalam Diri

7 Juli 2016   16:58 Diperbarui: 19 September 2016   10:05 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti Padre Pio yang harus menerima luka-luka Yesus. Pada kesempatan tertentu bahkan Padre Pio harus juga mengalami sakit yang amat-luar-biasa atas luka-luka (stigmata) itu. Luka-luka yang secara  ajaib juga menebarkan bau-harum. Keiklasan menziarahi, yang tentu saja berat, juga membuahkan rahmat yang ajaib. 

Bila kematian  datang  bak pencuri seperti ditulis ayat pada kitab-kitab kudus, maka untuk ibu yang kita doakan kemarin,  kematian yang misterius itu hadir dan disambutnya sebagai rahmat-kesempatan untuk bertemu Allah yang Maharahim. Allah yang penuh kasih. Allah yang disambutnya dengan jiwa. Yang dinantikan dan dirindukan. Yang ditunggu dalam laku doa dan puasa yang luput dari perhatian orang lain. 

Seperti rusa yang mendamba air. 

Prambanan,  Juni 2015

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/diart/laku-puasa-dan-doa-perjalanan-sunyi-ke-dalam-diri_5763e613329373d009f39f4f

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun