Jam menunjukkan pukul delapan pagi saat seseorang mengetuk pintu. Sejenak kemudian terdegar suara langkah bi Minah dari arah dapur menuju ruang tamu.  Aku yang baru selesai menunaikan dua rakaat duha bergegas sebisa mungkin untuk mengetahui siapa yang datang.
Dua orang berseragam polisi berdiri tepat di depan pintu.Â
"Selamat pagi, Ibu Anna!" sapa salah satu pria berseragam itu.
Belum sempat aku menjawab, "Ibu Anna mohon maaf kami mengganggu waktunya. Kami mohon Ibu bisa ikut kami ke kantor sekarang untuk memberikan kesaksian," ujar pria berseragam itu kemudian.
Dengan ditemani bi Minah, aku mendatangi kantor polisi untuk menjadi saksi kasus kecelakanku sendiri.
**
Dengan tertunduk Lesu, Nala duduk di kursi introgasi. Di sebelahnya seorang pria yang sangat aku kenal berkali-kali mengusap wajahnya dan memejamkan mata.
"Ann, aku...," kalimat Ardi terputus.
"Aku bisa jelaskan, Ann!" lirih Nala. Perempuan itu memeluk tubuhku dengan erat. Aku bergeming. Rasanya kaki ini tidak lagi menapak di bumi. Tubuhku lemas menahan amarah dan entah perasaan apa yang ada di hatiku.Â
Bi Minah memapah tubuhku, seorang polisi wanita mempersilakanku duduk di sebuah kursi diikuti bi Minah.
"Neng sabar ya. Semoga Allah memberikan balasan setimpal untuk mereka," ujar bi Minah seraya memelukku erat.Â