Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saksi

19 Desember 2023   16:12 Diperbarui: 19 Desember 2023   16:13 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inhttps://unsplash.com/

Selanjutnya Nala menyebutkan nama seseorang. Nama yang sangat aku kenal. Nama yang dibawakan ayah Nala itulah yang diduga sebagai dalang yang membuatku harus menanggung derita kelumpuhan.

Ayah Nala adalah sahabat bapakku. Sama-sama bekerja di pabrik yang sama. Sejak kecil, aku dan Nala memang sering sekali main bareng, menginap, nyaris seperti saudara betulan. Padahal tidak ada darah yang sama yang mengalir di tubuh kami.

Kepedulian ayah Nala bertambah besar ketika bapak lebih dulu dipanggil Tuhan karena sakit komplikasi.

Kami sama-sama lahir dari keluarga biasa saja. Namun nasib kami sedikit berbeda. Lulus sekolah Nala langsung menikah dengan pria yang mendekatinya sejak SMP. Sedangkan aku melanjutkan kuliah dan mengikuti banyak pelatihan soft skill. 

Aku bersumpah, bahwa akulah yang harus mengangkat martabat keluarga. Melihat bapak dan ibu menjadi buruh rasanya hati ini begitu nyeri. Aku ingin membuat kedua orangtuaku bisa merasakan masa tuanya dengan menyenangkan. 

Aku bekerja keras hingga punya posisi baik di tempat kerja. Sedangkan Nala memilih mengurus rumah tangga. Terakhir kudengar, suami terjerat utang pinjol, rumah, motor sudah ludes dipakai untuk menutupi utang.

Kini, mereka menggantungkan hidup sekaligus ikut tinggal di rumah ayahnya.

Aku bersyukur bisa membangun rumah, membeli kendaraan, dan membuat bapak menikmati istirahat dengan tenang. Sayang sekali, bapak meninggal sebelum semuanya bisa aku tunaikan. Aktivitas bapak  bekerja selama ini, rupanya telah menyimpan penyakit yang menjadi bom waktu. Bapak terkena batu ginjal dan meninggal beberapa hari setelah operasi karena ada penyakit lain yang membuat kondisi bapak semakin memburuk.

"Apa yang bisa kulakukan?" tanyaku seraya menelan ludah. Tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar.

Aku hanya tersenyum getir, mendengar nama itu disebutkan. Sungguh tidak menyangka kalau dia tega melakukannya.

"Kenapa reaksimu biasa saja?" tanya Nala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun