Mohon tunggu...
Diantika Ayu
Diantika Ayu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Halo, aku Dian. Karena sayang kalau cerita-cerita ini aku pendam sendiri, kayaknya lebih seru kalau aku bagikan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

40 Tahun Mempertahankan Rasa

15 Juni 2021   21:40 Diperbarui: 15 Juni 2021   21:53 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penjual olahan Bakmi dan Capcay tidak sulit ditemukan apalagi, jika sedang berada di daerah Jawa. Namun, berjualan Bakmi dan Capcay selama 40 tahun dengan konsisten mempertahankan rasa bukanlah sesuatu yang sering ditemui. Sebuah ulasan sederhana mengenai makanan yang tak lekang oleh zaman.

Lapak sederhana tempat berjualan bakmi dan capcay milik Daryanti, 54 tahun, di salah satu selasar bagian lauk-pauk Pasar Piyungan telah ramai oleh antrian pembeli meskipun ia baru saja selesai menggelar lapak dagangnya. Ditemani oleh anaknya, Ahmad, 23 tahun, Daryanti siap melayani pembelian tanpa jeda pada pagi hingga menjelang siang hari ini.

Olahan Bakmi dan capcay, menu utama yang di jual Daryanti, bukan sesuatu yang sulit untuk ditemui bahkan di Pasar Piyungan banyak pedagang lain yang juga menjual olahan bakmi dan capcay. Namun, olahan bakmi dan capcay milik Daryanti seakan memiliki magnet bagi para pembeli setianya untuk datang kembali.

"Biasanya orang beli karena liat antriannya ramai sekali, mbak. Lalu mereka penasaran dan ikut mencoba habis itu mereka selalu datang beli lagi makanya Ibuk gak pernah kehabisan pembeli," kata Ahmad, anak Daryanti yang sedang menemani ibunya berjualan ketika saya temui, Jumat (28/05/2021).

Asal bakmi dan capcay, dilansir dari Fimela.com dan wikipedia, aslinya adalah olahan makanan dari daratan China. Bagi rakyat China sendiri, mie dikenal sebagai makanan cukup penting. Mie kerap disajikan dalam upacara-upacara besar. Mie juga merupakan simbol panjang umur sehingga menjadi menu wajib saat acara perayaan ulang tahun. Olahan mie ini kemudian menyebar di Indonesia karena di bawa para pedagang China yang datang ke Indonesia dengan kepentingan perdagangan.

Bakmi juga sering disebut yamien atau yahun. Makanan ini kemudian melewati banyak perubahan rasa dan cara pemasakan disesuaikan dengan lidah masyarakat dan rasa masakan lokal Indonesia dengan bumbu-bumbu dan cita rasa daerah-daerah di Indonesia dengan rasa khas yang berbeda-beda. Sedangkan cap cay, (pinyin: zasui) adalah dialek Hokkian yang berarti harfiah "aneka ragam sayur". Capcay adalah nama hidangan khas Tionghoa yang populer yang khas karena dimasak dari banyak macam sayuran kadangkala dimasak dengan bakso ikan, baso sapi, udang, dan daging ayam. Capcay juga mengalami perubahan rasa, perubahan bahan untuk menyesuaikan lidah masyarakat Indonesia.

Daryanti telah berjualan olahan bakmi dan capcay dengan menu yang sama dengan rasa yang sama selama 40 tahun. Ia mulai berjualan sejak umurnya masih 14 tahun dengan tempat tidak berpindah yaitu di Pasar Piyungan. Ia mulai berjualan dari jam 07.30 hingga dagangannya habis pukul 10.00 an pagi.

Ketika ditanya kenapa bakmi dan capcay jualannya selalu habis dan menjadi favorit banyak orang Daryanti menjawab bahwa bumbu yang berani (dalam artian bumbu yang digunakan banyak) dan tidak pernah berubahnya takaran bumbu dan cara pengolahan selama awal berjualan hingga sekarang yang membuatnya tetap bertahan dan masakannya digemari banyak orang.

Ada 7 macam olahan lauk yang ia jual, dengan olahan yang paling laku yaitu bakmi so'on dan capcay kering. Olahan lainnya adalah mie lethek, bakmi coklat (ada dua varian yaitu bakmi keriting dan lembut), oseng tempe, oseng sayur, telur kecap  dan sajian pelengkap yaitu sambal. Disediakan juga nasi yang masih di wadahi dengan tenggok, istilah jawa bagi sebuah tempat bakul nasi cukup besar dari anyaman bambu, bagi para pembeli yang ingin sekalian membeli lauk dan nasi dalam satu bungkus.

"Saya biasanya bangun jam 3 pagi mbak tiap hari, terus langsung masak bakmi sama capcay sekalian ngangetin masakan yang udah dibikin kemarin sore buat dijual hari ini," Daryanti menjelaskan. Kegiatan memasaknya dimulai setelah ia selesai berjualan di pasar. Setelah sampai rumah kegiatan pertamanya adalah membuat bumbu halus untuk persiapan esok pagi, lalu membuat telur rebus kecap, memasak oseng tempe dan membuat sambal pada sore harinya.

Bawang putih, kemiri, merica, garam, dan penyedap rasa adalah bumbu utama dari semua masakan menu yang ia jual. Per harinya ia bisa menghabiskan 1 hingga 1.5 kg bawang putih untuk memasak beberapa menu tersebut. Untuk oseng tempe, telur kecap dan sambal masakan tersebut bisa bertahan 3 hari jadi, Daryanti memasak menu tersebut dalam sekali masak dengan jumlah yang banyak dan ketika akan dijual olahan tersebut akan dihangatkan terlebih dahulu.

Cara memasak olahan bakmi dan capcay pun cukup mudah dan tidak memakan waktu terlalu lama. Pertama tumis bumbu halus yang sudah dibuat yaitu bumbu halus dari bawang, merica, dan kemiri di wajan besar. Setelah tumisan bumbu halus tersebut matang lalu masukkan air sedikit. Selanjutnya, jika air bumbu tersebut sudah mendidih barulah dimasukkan bakmi yang sudah di rendam air panas terlebih dahulu agar lebih lunak dan potongan sayuran seperti wortel, kubis, daun bawang ke dalam wajan tersebut. Kemudian terus diaduk hingga matang dan ditambahkan penyedap rasa, garam, dan juga tambahan kecap bagi olahan dengan cita rasa manis.

 Sedangkan untuk membuat capcay kering, Daryanti akan memulai memasak dengan membuat bahan gorengan tepung pada siang harinya. Adonan tepung ini terbuat dari campuran antara tepung terigu, air, dan sedikit bumbu seperti garam dan bawang putih. Adonan ini digoreng dan setelah matang akan dipotong kecil-kecil. Selanjutnya akan dimasakan dengan bumbu dan cara yang sama dengan memasak bakmi hanya bahannya saja yang berbeda yaitu bakmi diganti dengan potongan gorengan.

Saya juga merupakan pelanggan tetap masakan Daryanti dan memang semua masakan Daryanti memiliki rasa bawang yang kuat, rasa merica dan kemirinya pun juga terasa, rasa asin dan gurih menyatu dengan sempurna. Saat sampai di lapak jualan milik Daryanti, aroma bawang goreng dan potongan seledri yang diletakkan diatas bakmi dan capcay sebagai hiasan dan penambah rasa sangat menggoda selera. Untuk orang-orang yang lebih menyukai rasa manis ada pilihan bakmi kecap, telur kecap, dan oseng tempe. Jadi pembeli mempunyai pilihan untuk preferensi rasa yang diinginkan.

Harganya juga tidak mahal, pembelian terkecil untuk satu bungkus makanan adalah Rp.2000,00. Pembeli dapat membeli persatu jenis olahan dalam satu bungkus atau juga dapat dicampurkan seperti bakmi so'on dengan bakmi kecap, serta sambal dalam satu bungkus. Daryati juga melayani

pembelian dengan nasi dan lauk lengkap dengan harga Rp.5000,00 per bungkus, isinya pun cukup banyak dan cukup mengenyangkan karena semua bahan dasarnya mengandung tepung dan karbohidrat.

Tekstur bakmi dan capcaynya tidak keras dan tidak alot sehingga sangat nyaman ketika dikunyah. Hanya saja, olahan bakmi, capcay, dan oseng tempe termasuk kedalam makanan yang cukup berminyak. Sehingga bagi pembeli yang tidak dapat memakan masakan dengan kandungan minyak goreng yang banyak menjadi tidak bisa menikmati makanan ini dengan porsi besar.

Daryanti membawa olahan bakmi dan capcay dengan diwadahi baskom-baskom besar dengan diameter 40 cm dan tinggi 15 cm terbuat dari seng. Berat per baskom olahan bakmi dapat mencapai 5-7 kilogram, ia membawa 4 buah baskom besar. Ditambah dengan tenggok nasi satu wadah, 1 panci besar untuk membaca oseng tempe, 1 baskom kecil untuk wadah oseng sayur melinjo, satu toples makanan besar untuk telur kecap, dan satu toples makanan kecil untuk wadah sambal.

Setiap harinya Daryanti membawa semua wadah olahan makanan tersebut menggunakan motor yang dilengkapi dengan keronjot, sebuah alat untuk membawa barang dengan sepeda motor dengan beban di samping kanan dan kiri motor bagian belakang. Daryanti mengendarai motornya seorang diri dari rumahnya Dusun Gendeng, Prambanan yang berjarak 6 kilometer dari tempat dagangnya di Pasar Piyungan. Namun, sejak setelah lebaran Mei 2021, Daryanti berjualan ditemani anaknya, Ahmad, untuk berjualan di Pasar Piyungan sehingga beban membawa masakannya dibagi menjadi dua dengan Ahmad sehingga lebih ringan.

 "Dulu ini tinggalan orang tua mbak, mereka dulu juga sudah jualan mie dan capcay jadi, sudah turun temurun. Saudara saya yang lain juga ada dua orang yang jualan bakmi sama kayak ini tapi tempatnya beda-beda", Daryanti menjelaskan ketika ditanya bagaimana awalnya ia bisa berjualan bakmi. Daryanti juga menjelaskan bahwa cara ia berjualan tidak pernah berubah sejak awal ia berjualan, cara membungkus makanannya juga sederhana, menggunakan kertas minyak di lapisi dengan kertas hvs bekas lalu di staples.

Bahan-bahan yang digunakn untuk berjualan biasanya di stok dalam jumlah besar. Daryanti berbelanja kebutuhan dalam jangka waktu 3 minggu sekali. Bahan seperti bakmi kering di beli dari produksi rumah tangga asal Klaten, milik pengusaha bakmi kering Bernama Widodo. Bahan bakmi kering ini dibeli dalam bentuk bal-bal besar ikatan bakmi. Bahan bahan lain juga dibeli dalam volume besar seperti tepung, telur dan minyak goreng. Daryanti sudah memiliki pemasok tetap untuk bahan-bahannya sehingga ia tidak lagi kesulitan dalam hal belanja-belanja bahan untuk memasak.

Untuk bahan organik yang tidak dapat disimpan terlalu lama dan dapat membusuk seperti sayuran, cabai, bawang, tempe dan lainnya. Bahan-bahan tersebut dibeli sesuai kebutuhan yang diperlukan, biasanya akan di stok lagi dalam jangka 3-4  harian. Daryanti menyebutkan bahwa bahan yang paling mahal untuk dibeli saat ini adalah minyak goreng.

Keuntungan dari usaha berjualan bakmi dan capcay milik daryanti cukup besar melihat dagangan olahan masakannya yang selalu habis ditambah daryanti juga berjualan setiap hari, bahkan hari libur nasional dan hari minggu. Pada hari-hari tersebut pasar menjadi lebih ramai. Pada saat lebaran tahun 2021 ini pun, Daryanti hanya libur sehari saat lebaran hari pertama saja, esoknya ia sudah kembali berjualan seperti biasa.

Keuntungan paling besar yang didapatkan dalam satu hari adalah Rp.1.800.000, keuntungan tersebut didapat pada hari kedua lebaran 2021, "Mungkin orang-orang sedang malas memasak sendiri mbak, jadi pada beli lauk saja ke tempat saya haha, rame banget soalnya pas itu" kelakar Daryanti.

Sedangkan pada hari-hari biasa Daryanti mendapatkan keuntungan dari Rp.1.200.000 hingga Rp.1.500.000. Dengan jumlah laba bersih Rp.400.000 hingga Rp.500.000, setelah dikurangkan dengan rata-rata membeli biaya bahan. Daryanti dapat menjual 450-550 bungkus masakan per harinya.

Ahmad mengatakan bahwa sebenarnya pembeli olahan bakmi dan capcay ibunya pembelinya itu-itu saja, tidak banyak berganti. Pembeli-pembeli ini akan kembali dalam waktu 2-4 hari kemudian, jadi sudah langganan beli. Ketika melayani pembeli pun Daryanti kelihatan ramah dan menyapa mereka dengan sapaan nama seakan mereka sudah akrab dan kenal lama.

Mungkin salah satu yang menjadi kekurangan Daryanti dalam melayani pembeli adalah pelayanan antrian pembeliannya, karena antriannya sangat banyak dan pembeli-pembelinya ini diingat secara manual sesuai urutan mereka datang, kadang terjadi selisih kecil karena antriannya disalip atau karena sudah lama menunggu tapi tidak dilayani oleh Daryanti. Ahmad juga mengatakan bahwa urutan antrian ini belum efektif sehingga kadang ada yang pembeli yang bisa menunggu lama sekali karena Daryanti tidak ingat mana pembeli yang duluan datang. Tapi hal tersebut tidak membatasi pembeli setia Daryanti untuk tetap datang karena sampai sekarang dengan sistem yang seperti itu pun lapaknya tetap ramai dan dagangannya tetap habis.

Daryanti berkata ia tidak mempunyai rencana untuk berhenti berjualan dalam waktu dekat, ia akan terus berjualan bakmi sampai tidak tahu kapan. Karena bakmi tetap mendapat tempat tersendiri bagi masyarakat, dari dulu hingga sekarang, ia tetap dapat bertahan karena makanan ini tak lekang oleh zaman. Orang-orang yang membeli dagangannya pada waktu puluhan tahun lalu akan memberitahu anaknya, kemudian anaknya memberitahu kepada anaknya lagi. Seperti saya, ibu saya, dan nenek saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun