Mohon tunggu...
Diantika Ayu
Diantika Ayu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Halo, aku Dian. Karena sayang kalau cerita-cerita ini aku pendam sendiri, kayaknya lebih seru kalau aku bagikan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

40 Tahun Mempertahankan Rasa

15 Juni 2021   21:40 Diperbarui: 15 Juni 2021   21:53 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keuntungan dari usaha berjualan bakmi dan capcay milik daryanti cukup besar melihat dagangan olahan masakannya yang selalu habis ditambah daryanti juga berjualan setiap hari, bahkan hari libur nasional dan hari minggu. Pada hari-hari tersebut pasar menjadi lebih ramai. Pada saat lebaran tahun 2021 ini pun, Daryanti hanya libur sehari saat lebaran hari pertama saja, esoknya ia sudah kembali berjualan seperti biasa.

Keuntungan paling besar yang didapatkan dalam satu hari adalah Rp.1.800.000, keuntungan tersebut didapat pada hari kedua lebaran 2021, "Mungkin orang-orang sedang malas memasak sendiri mbak, jadi pada beli lauk saja ke tempat saya haha, rame banget soalnya pas itu" kelakar Daryanti.

Sedangkan pada hari-hari biasa Daryanti mendapatkan keuntungan dari Rp.1.200.000 hingga Rp.1.500.000. Dengan jumlah laba bersih Rp.400.000 hingga Rp.500.000, setelah dikurangkan dengan rata-rata membeli biaya bahan. Daryanti dapat menjual 450-550 bungkus masakan per harinya.

Ahmad mengatakan bahwa sebenarnya pembeli olahan bakmi dan capcay ibunya pembelinya itu-itu saja, tidak banyak berganti. Pembeli-pembeli ini akan kembali dalam waktu 2-4 hari kemudian, jadi sudah langganan beli. Ketika melayani pembeli pun Daryanti kelihatan ramah dan menyapa mereka dengan sapaan nama seakan mereka sudah akrab dan kenal lama.

Mungkin salah satu yang menjadi kekurangan Daryanti dalam melayani pembeli adalah pelayanan antrian pembeliannya, karena antriannya sangat banyak dan pembeli-pembelinya ini diingat secara manual sesuai urutan mereka datang, kadang terjadi selisih kecil karena antriannya disalip atau karena sudah lama menunggu tapi tidak dilayani oleh Daryanti. Ahmad juga mengatakan bahwa urutan antrian ini belum efektif sehingga kadang ada yang pembeli yang bisa menunggu lama sekali karena Daryanti tidak ingat mana pembeli yang duluan datang. Tapi hal tersebut tidak membatasi pembeli setia Daryanti untuk tetap datang karena sampai sekarang dengan sistem yang seperti itu pun lapaknya tetap ramai dan dagangannya tetap habis.

Daryanti berkata ia tidak mempunyai rencana untuk berhenti berjualan dalam waktu dekat, ia akan terus berjualan bakmi sampai tidak tahu kapan. Karena bakmi tetap mendapat tempat tersendiri bagi masyarakat, dari dulu hingga sekarang, ia tetap dapat bertahan karena makanan ini tak lekang oleh zaman. Orang-orang yang membeli dagangannya pada waktu puluhan tahun lalu akan memberitahu anaknya, kemudian anaknya memberitahu kepada anaknya lagi. Seperti saya, ibu saya, dan nenek saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun