Mohon tunggu...
Dian Sugiarti
Dian Sugiarti Mohon Tunggu... -

Namaku Dian Sugiarti,aku ga tau apa yang harus aku tulis disini, yang jelas aku ya aku dan bukan orag lain...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

gejala kognisi, konasi dan kawan - kawan

4 Desember 2010   06:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:02 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.

Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.

Inteligensi dan Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.

Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude Test adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.

Inteligensi dan Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.

Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.

Belajar

Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar untuk

memperoleh keterampilan atau kemampuan memecahkan berbagai

masalah secara logis dan rasional. Tujuannya ialah memperoleh

kemampuan atau kecakapan kognitif guna memecahkan masalah secara

tuntas. Untuk itu, kemampuan individu dalam menguasai berbagai

konsep, prinsip, serta generalisasi, amat diperlukan.

Belajar Rasional (Rational Learning)

Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan

berpikir secara logis atau sesuai dengan akal sehat. Tinjuannya ialah

memperoleh beragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan

konsep-konsep. Jenis belajar ini berkaitan erar dengan belajar

pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, individu diharapkan

memiliki kemampuan rationnl problem solving, yaitu kemampuan

memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan

strategi akal sehat, logis, dan sistematis.

Belajar Kebiasaan (Habitual Learning)

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan baru atau

perbaikan kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain

menggunakan perintah, keteladanan, serta pengalaman khusus, juga

menggunakan hukum dan ganjaran. Tujuannya agar individu

memperoleh sikap dan kebiasaan perbuaran baru yang lebih tepat dan

lebih positi{ dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu

atau bersifat kontekstual.

Belajar Apresiasi (Appreciation Leorning)

Beiajar apresiasi pada dasamya adalah belajar mempertimbangkan nilai

atau arri penting suatu objek. Tirjuannya agar individu mempe,roleh

dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (effective s/cills), dalam hal

ini kemampuan menghargai secara tepat, arti penting objek tertentu,

misalnya apresiasi sastra, apiesiasi musik, dan apresiasi seni lukis.

Dalam mengapresiasi mutu karya sastra, rnisalnya, seorang individu

perlu mengetahui "hakikat keindahan" (estetika) di samping

mengetahui hal-hal lain, seperti bentuk ungkapan, isi ungkapan, bahasa

ungkapan, dan nilai ekspresinya

Bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai

alat pengembangan apresiasi individu, misalnya dalam hal seni baca

tulis Al- Quran.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun