Gejala Kognisi
Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui..
Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati.
Gejala kognisi meliputi :
·Pengamatan adalah aktivitas yang dilakukan untuk dapat merasakan dan memahami sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.
Prosesnya yaitu : Penglihatan, Pendengaran , Rabaan , Pembauan (penciuman), Pengecapan
·Tanggapan Yaitu suatu bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan.
Perbedaan Pengamatan dan Tanggapan
a.Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat pada tempat dan waktu.
b.Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan obyek tanggapan tidak mendetail dan kabur.
c.Pengamatan memerlukan stinulis, sedang tanggapan tidak perlu.
d.Pengamatan bersifat sensoris, sedangkan tanggapan bersifat imajenir
Persamaan Pengamatan dan Tanggapan
Sama-sama menggunakan pancaindra
Sama-sama bersifat individualism
·Ingatan adalah saat manusia mempertahankan dan menggambarkan pengalaman masa lalunya dan menggunakan hal tersebut sebagai sumber informasi saat ini. Proses dari mengingat adalah menyimpan suatu informasi, mempertahankan dan memanggil kembali informasi tersebut.
·Fantasi itu dilukiskan sebagai fungsi yang memungkinkan manusia untuk berorientasi dalam alam imajinasi melampaui dunia riil.
Ada 2 macam fantasi yaitu : Fantasi tidak sadar (tidak disengaja), Fantasi disadari (disengaja)
Fantasi bersifat mengabstraksikan, mendeterminasikan, dan mengkombinasikan
Berfikir
Berfikir adalah berfikir merupakan proses dinamis yang dapat dilukiskan dengan proses atau jalannya. Proses jalannya berfikir yaitu: Pembentukan pengertian, Pembentukan pendapat, Penarikan kesimpulan, serta Psikologi Fikir
Intuisi adalah kemampuan untuk memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata, didalam buku itu ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun.
Gejala Perasaan atau Emosi
Perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subyektif
Perasaan selain bergantung kepada stimulus yang datang dari luar, perasaan juga bergantung kepada :
1.Keadaan jasmani individu yang bersangkutan.
2.Keadaan dasar individu. Hal ini erat hubungannya dengan struktur individu.
3.Keadaan individu pada suatu waktu, atau keadaan yang temporer seseorang.
Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar adanya perasaan yang tinggi dan perasaan yang rendah. Max Scheler mengajukan pendapat bahwa ada 3 macam tingkatan dalam perasaan, yaitu: Perasaan tingkat sensoris. Perasaan ini merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panis, dingin. Perasaan kejiwaan. Perasaan ini merupakan perasaan saperti rasa gembira, susah, takut. Perasaan kepribadian. Perasaan ini merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalnya perasaan harga diri prasaan putus asa , perasaan puas (Bigot, Kohstamm, palland, 1950).
Terdapat berbagai macam teori untuk menjelaskan sebab- musabab gangguan emosi antara lain :
Teori Lingkungan
Teori ini menganggap bahwa penyakit mental diakibatkan oleh berbagai kejadian yang menyebabkan timbulnya stress. Dan peristiwa ini merupakan penyebab langsung dari ketegangan emosi. Tekanan tersebut baru bisa dihilangkan kalau masalah penyebab ketegangan tersebut ditiadakan.
Teori Afektif
Menurut pandangan ini, bukan lingkungan yang menimbulkan gangguan, tetapi perasaan bawah sadar si anak.
Teori Kognitif
Menurut teori ini, penderitaan mental tidak disebabkan langsung oleh masalah kita / perasaan bawah sadar kita, tetapi dari pendapat yang salah dan irasional yang disadari maupun tidak disadari mengenai masalah yang kita hadapi.
Untuk mengembalikan keseimbangan emosi, kita hanya perlu mengidentifikasi ide- ide pada anak, kemudian melalui penggunaan logika yang ketat, kita memperlihatkan betapa tidak rasionalnya ide- ide tersebut, dan akhirnya dia didorong untuk berperilaku berlainan melalui sudut pengetahuan yang baru.
Simpati ialah sesuatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan segala sesuatu yang sedang dirasakan orang lain. Dengan kata lain, suatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan sesuatu yang sedang dirasakan oleh orang lain. Simpati dapat timbul karena persamaan cita-cita, mungkin karena penderitaan yang sama, atau karena berasal dari daerah yang sama, dan sebagainya.
Empati ialah sesuatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain andaikata dia dalam situasi orang lain tersebut. Karena empati, orang mengunakan perasaannya dengan effektif dalam situasi orang lain, didorong oleh emosinya seolah-olah dia ikut mengambil bagian dalam gerakan-gerakan yang dilakukan orang lain.
GEJALA KONASI (Kehendak)
Kemauan merupakan aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan Misalnya, Seseorang yang mempunyai tujuan untuk menjadi sarjana, dengan dasar kemauan, ia belajar dengan tekun, walaupun mungkin juga sambil bekerja.
Dalam istilah sehari-hari, kemauan dapat disamakan dengan kehendak dan hasrat. Kehendak ialah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik. Untuk mempermudah mempelajarinya maka gejala kemauan dibagi atas dorongan, keinginan, hasrat, kecenderungan dan hawa nafsu.
1.Dorongan, ialah suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung di luar kesadaran manusia. Dorongan ini dibedakan menjadi 2 golongan yakni : Dorongan nafsu, Dorongan rohaniah
2.Keinginan
Yaitu nafsu yang telah mempunyai arah tertentu dan tujuan tertentu
Misalnya nafsu untuk makan menimbulkan keinginan untuk makan sesuatu, nafsu kegiatan menimbulkan keinginan untuk mengerjakan sesuatu, dan sebagainya. Lawan dari keinginan adalah keseganan.
3.Hasrat, ialah suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang. Adapun ciri-ciri Hasrat yaitu : Hasrat merupakan “motor” penggerak perbuatan dan kelakuan manusia.Hasrat berhubungan erat dengan tujuan tertentu, baik positif maupun negatif. Hasrat selamanya tidak terpisah dari gejala mengenal (kognisi) dan perasaan (emosi). Dengan kata lain : hasrat tidak dapat dipisah-pisahkan dengan pekerjaan jiwa yang lain.Hasrat di arahkan kepada penyelenggaraan suatu tujuan
Hal-hal yang mempengaruhi kemauan:
1.Keadaan Fisik: adalah pengaruh yang berhubungan dengan kondisi jasmani, yakni; sanggup tidaknya, kuat tidaknya untuk melaksankan keputusan kemauan.
2.Keadaan materi: yaitu bahan-bahan, syarat-syarat dan alat-alat yang digunakan untuk melaksankn keputusan kemauan.
3.Keadaan Milieu (lingkungan), apakah lingkungan itu sesuai untuk melakukan kemauan itu.
4.Kata Hati adalah pemegang peranan samangat penting dalam melaksankan kemauan, karena keputusan hati dapat mengalahkan pertimbangan-pertimbangan yang lain.
GEJALA CAMPURAN
Gejala campuran meliputi perhatian, kelelahan dan sugesti
Perhatian adalah reaksi umum yang menyebabkan bertambahnya aktifitas daya konsentrasi dan fokus terhadap satu objek.
Faktor Yang Mempengaruhi Intensitas Perhatian :
a.Faktor Eksternal
1)Benda benda yang berhubungan dengan kebutuhan dasar individu
2)Stimulus
b.Faktor Internal
1)Minat dan Keingina
2)Perasan
3)Kebiasaan
Kelelahanadalah isyarat bahwa energi tubuh kita menyusut dan menurun. Teori kelelahan :
a.Teori Inteksinasi : Racun dalam tubuh
b.Teori Biologis : Kekurangan energy
Sugestiadalah pengaruh yang berlangsung terhadap kehidupan psikis dan segenap perbuatan kita baik perasaan, pikiran maupun kemauan kita yang dapat menggerakkan/menguatkan fikiran. Beberapa istilah tentang sugesti :
a.Sugesti adalah orang mudah terkena sugesti
b.Sugestif adalah orang yang memiliki daya pengaruh terhadap orang lain
c.Otosugesti adalah sugesti yang keluar dari diri sendiri
d.Heterogesti adalah yang muncul dari orang
Bakat dan Intelegensi
Bakat
Bakat yaitu kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud.
Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Jadi bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan, yang relatif bisa bersifat umum. Bakat khusus disebut juga talent.
Bakat dan kemampuan menentukan prestasi seseorang. Sebaliknya, belum tentu orang yang berbakat akan selalu mencapai prestasi tinggi. Ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan sejauh mana bakat sesorang dapat terwujud. Faktor itu sebagian ditentukan oleh keadaan lingkungan seseorang, seperti kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal, didaerah perkotaan atau pedesaan dan sebagainya. Sebagian faktor ditentukan oleh keadaan dalam di orang itu sendiri, seperti minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul. Sejauh mana seseorang dapat mencapai prestasi banyak tergantung pada motivasinya untuk berprestasi disamping bakat bawaannya. Keunggulan dalam salah satu bidang merupakan hasil interaksi dari bakat pembawaan dan faktor lingkungan yang menunjang termasuk minat dan dorongan pribadi.
Menurut Renzulli dan kawan-kawan dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa yang menentukan bakat seseorang pada pokoknya merujuk pada tiga kelompok ciri-ciri, yakni kemampuan di atas rata-rata, kreativitas dan tanggungjawab atau pengikatan diri terhadap tugas. Sejauh mana seorang anak bisa disebut berbakat, sebenarnya tergantung pada keterikatan antara ketiga kelompok ciri-ciri tersebut
Kreativitas ialah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Jenis-jenis bakat berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga yang terlihat dalam berbagai macam prestasi, yaitu :
·Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik
Bakat jenis ini adalah kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar dan fundamen bakat, seperti kemampuan pengindraan, ketangkasan atau ketajaman pancaindra, kemampuan motorik, kekuatan badan, kelincahan jasmani, keterampilan jari jemari, tangan dan anggota badan
·Bakat kejiwaan yang bersifat umum
Yang dimaksud jenis bakat ini ialah kemampuan ingatan daya khayal atau imajinasi dan inteligensi.
Intelegensi dan IQ
Inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah :
1. Faktor bawaan atau keturunan
Faktor genetik anak yang dibawa sejak lahir yang di peroleh dari ayah dan ibunya.
2. Faktor lingkungan
faktor lingkungan juga sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
IQ
Intelligence Quotient (IQ) adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. IQ memberikan indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (Mental Age) dengan umur kronologik (Chronological Age).
Pengukuran Inteligensi
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.
Inteligensi dan Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude Test adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.
Inteligensi dan Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
Belajar
Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar untuk
memperoleh keterampilan atau kemampuan memecahkan berbagai
masalah secara logis dan rasional. Tujuannya ialah memperoleh
kemampuan atau kecakapan kognitif guna memecahkan masalah secara
tuntas. Untuk itu, kemampuan individu dalam menguasai berbagai
konsep, prinsip, serta generalisasi, amat diperlukan.
Belajar Rasional (Rational Learning)
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan
berpikir secara logis atau sesuai dengan akal sehat. Tinjuannya ialah
memperoleh beragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan
konsep-konsep. Jenis belajar ini berkaitan erar dengan belajar
pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, individu diharapkan
memiliki kemampuan rationnl problem solving, yaitu kemampuan
memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan
strategi akal sehat, logis, dan sistematis.
Belajar Kebiasaan (Habitual Learning)
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan baru atau
perbaikan kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain
menggunakan perintah, keteladanan, serta pengalaman khusus, juga
menggunakan hukum dan ganjaran. Tujuannya agar individu
memperoleh sikap dan kebiasaan perbuaran baru yang lebih tepat dan
lebih positi{ dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu
atau bersifat kontekstual.
Belajar Apresiasi (Appreciation Leorning)
Beiajar apresiasi pada dasamya adalah belajar mempertimbangkan nilai
atau arri penting suatu objek. Tirjuannya agar individu mempe,roleh
dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (effective s/cills), dalam hal
ini kemampuan menghargai secara tepat, arti penting objek tertentu,
misalnya apresiasi sastra, apiesiasi musik, dan apresiasi seni lukis.
Dalam mengapresiasi mutu karya sastra, rnisalnya, seorang individu
perlu mengetahui "hakikat keindahan" (estetika) di samping
mengetahui hal-hal lain, seperti bentuk ungkapan, isi ungkapan, bahasa
ungkapan, dan nilai ekspresinya
Bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai
alat pengembangan apresiasi individu, misalnya dalam hal seni baca
tulis Al- Quran.