Mohon tunggu...
Dian Purnomo
Dian Purnomo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dian Purnomo

Berisi tentang berbagai peristiwa sejarah dan humaniora.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontribusi Pelayaran dan Perniagaan dalam Pembentukan Hubungan Muslim Nusantara dengan Timur Tengah

16 Juni 2023   19:22 Diperbarui: 16 Juni 2023   19:31 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlepas dari ramainya pelabuhan di Nusantara akibat adanya pelayaran dan perniagaan internasional yang melintasi kawasan tersebut. Terdapat sebuah persoalan kapan sebenarnya hubungan atau relasi antara masyarakat Timur Tengah dengan Nusantara terjalin. Menurut Azyumardi Azra, bahwa terdapat banyak riwayat-riwayat tentang Nusantara yang ditulis oleh sejarawan semacam Al-Ya'qubi, Abu Zayd atau Al-Mas'udi, tetapi mereka kebanyakannya berdasarkan pada ceritera para pelayar Arab yang lebih tertarik kepada hal-hal aneh daripada kondisi nyata bagian-bagian Nusantara yang mereka singgahi.

Pendapat Azra tersebut diperkuat oleh Hasan Muarif Ambary, didalam bukunya beliau mengatakan bahwa dari berbagai literatur Arab terdapat berita mengenai perjalanan mereka ke Asia Tenggara. Cerita tersebut umumnya berkaitan dengan barang-barang perdagangan dan rute perjalanan serta hanya sedikit yang menjelaskan mengenai penduduk dan istiadat di wilayah Nusnatara. Lebih lanjur didalam bukunya Ambary mengatakan sebagaimana yang dikutip dari Paul Wheatly, beliau mengemukakan bahwa diantara penulis Arab hingga abad ke-14 M, hanya Abu Dulaf (abad ke-10) dan Ibnu Battutah yang benar-benar melakukan perjalanannya ke Asia Tenggara.

Datangnya masyarakat Timur Tengah ke Nusantara juga dipaparkan oleh Hamka, beliau mengatakan bahwa terdapat dua catatan penting dari Tionghoa yang mengatakan bahwa pada abad ketujuh masehi orang Arab telah datang ke Tanah Jawa pada tahun 674-675 M dan telah mendirikan kampong di Pantai Barat Sumatera pada tahun 684 M. Masuknya orang Arab yang kemudian menyebarkan ajaran Agama Islam di wilayah ini tidak terlepas dari motif pelayaran dan perniagaan yang terjadi di wilayah Nusantara. Kondisi itu sesuai dengan pendapat dari Van Leur, yang mengatakan bahwa motif ekonomi dan politik sangat penting dalam masuk islamnya penduduk Nusantara. Dengan mengkonversi agama kedalam Islam, para penguasa dan masyarakat pribumi di Nusantara dapat berpartisipasi secara ekstensif dan menguntungkan dalam perdaganngan internasional yang mencakup wilayah dari Laut Merah hingga Laut Cina.

Kehadiran umat Muslim di Nusantara yang berasal dari wilayah Timur Tengah, terkhusus dari wilayah Arab dan Persia pada masa-masa awal disebutkan oleh seorang agamawan dan pengembara terkenal asal Cina yang bernama I-Tsing pada tahun 671 M yang berlabuh di sekitar Palembang. Menurut Azyumardi Azra, bahwa terdapat hubungan yang erat antara wilayah Palembang, dalam hal ini ialah Kerajaan Sriwijaya dengan kawasan Timur Tengah. Kondisi ini dibuktikan oleh adanya dua pucuk surat yang mengandung bukti kuat dikirim oleh Maharaja Sriwijaya kepada dua khalifah di Timur Tengah. Hal ini kemudian diperkuat oleh argumentasi dari Hamka, yang mengatakan bahwasanya kedua surat tersebut dikirimkan oleh dua khalifah yang berbeda. Surat pertama ialah dikirim pada zaman pemerintahan Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan, pendiri Dinasti Umayah dan kedua pada zaman pemerintahan Khalifah Bani Umayah yang kelima, Abdul Malik bin Marwan.

Selain itu terdapat juga catatan dari Dinasti Tang yang salah satunya menyebutkan sejumlah orang dari Ta-Shih yang membatalkan niatnya untuk menyerang Kerajaan Holing. Kata Ta-Shih diidentifikasikan sebagai orang Arab. Mengenai lokasi orang Ta-Shih ini kemungkinan berada di Palembang atau di wilayah Kuala Brang, 25 mil dari Sungai Trengganu, Malaysia. Terlepas dari keberadaan orang Ta-Shih ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Arab telah ada dan berhubungan dengan masyarakat Nusantara pada abad ke-7 masehi.

Kesimpulan

Dari pembahasan yang saya jabarkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hubungan yang terjadi antara masyarakat muslim di Nusantara dengan masyarakat muslim di Timur Tengah tidak dapat dipisahkan dari adanya pola pelayaran dan perniagaan yang ada di wilayah Kepulauan Nusantara. Wilayah ini menjadi pusat bagi bertemunya dan berinteraksinya para pedagang dari berbagai wilayah di dunia termasuk Arab, India, dan Cina. Kondisi ini dipengaruhi oleh tiga faktor: wilayah yang strategis, perubahan arah angin yang melintasi wilayah ini; serta kebijakan penguasa yang relatif bersahabat dengan para pedagang dan utusan dari negeri-negeri asing.

Dalam tulisan ini juga dapat kita ketahui bahwa terdapat berbagai macam argumentasi mengenai waktu datangnya masyarakat Timur Tengah ke wilayah Nusantara, diantara tokoh yang membahas perihal ini ialah Azyumardi Azra, Hasan Muarif Ambary, dan Hamka. Mereka memiliki argumentasi yang saling berbeda sekaligus saling memperkuat argumen-argumen yang diutarakan dari tokoh-tokoh lainnya. Namun yang pasti bahwa masuknya bangsa yang berasal dari Timur Tengah didasarkan atas motif perdagangan menggunakan sistem pelayaran kapal.

Sumber Referensi

Ambary, Hasan Muarif. 1998. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Azra, Azyumardi. 1995. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Bandung: Penerbit Mizan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun