Mohon tunggu...
Dian Purnomo
Dian Purnomo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dian Purnomo

Berisi tentang berbagai peristiwa sejarah dan humaniora.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontribusi Pelayaran dan Perniagaan dalam Pembentukan Hubungan Muslim Nusantara dengan Timur Tengah

16 Juni 2023   19:22 Diperbarui: 16 Juni 2023   19:31 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Kajian historiografi merupakan sebuah studi didalam sejarah yang mempelajari mengenai penulisan sejarah atau peristiwa masa lampau dalam bentuk tulisan. Menurut Nina Herlina Lubis sebagaimana yang dikutip oleh Wahyu Iryana, bahwa istilah historiografi sering didefinisikan sebagai a history of historical writing atau sejarah tentang penulisan sejarah. 

Sedangkan menurut Fajriudin yang dimaksud dengan historiografi Islam ialah historiografi yang mencoba menelaah secara kritis dan objektif sejarah perkembangan penulisan peristiwa sejarah yang terjadi pada umat Islam. 

Oleh karena itu tulisan artikel ini berfokus kepada sebuah buku sejarah keislaman yang berjudul Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, terkhusus mengenai sub bab pembentukan hubungan muslim Nusantara dengan Timur Tengah. Buku tersebut merupakan karya disertasi doktoral dari Azyumardi Azra di Columbia University, Amerika Serikat.

Dalam menulis mengenai artikel ini penulis menggunakan metodologi penelitian sejarah, dimana terdapat empat tahapan penting: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. 

Kajian historiografi dari buku Azyumardi Azra ini sangat unik karena telah berhasil menggambarkan adanya sebuah hubungan dan relasi antara para umat muslim di Nusantara dengan para umat muslim di kawasan Timur Tengah. Pembentukan hubungan dan relasi ini tentunya dipengaruhi juga oleh adanya pola dan kontribusi jalur pelayaran dan perniagaan yang berkembang pesat yang menghubungkan antara wilayah Nusantara dengan Timur Tengah. 

Dengan demikian maka kajian historiografi ini akan mencoba menjelaskan mengenai kontribusi pelayaran dan perniagaan di Nusantara dalam pembentukan hubungan muslim Nusantara dengan Timur Tengah. 

Penelitian ini menjadi penting karena dalam penelitian ini nantinya akan didapatkan sebuah gambaran yang objektif mengenai hubungan yang ada diantara masyarakat Muslim di Nusantara dengan masyarakat Muslim di Timur Tengah, dimana hubungan yang terjadi disebabkan oleh adanya jalur pelayaran dan perdagangan yang melintasi wilayah Nusantara atau Kepulauan Melayu.

Pembahasan

Wilayah Nusantara secara geografis berada diantara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik serta berada di antara dua kontinen besar yaitu Asia dan Australia. 

Dengan demikian sudah tentu bahwa wilayah ini menjadi wilayah yang sangat dinamis dan berkembang dengan sangat cepat akibat dari interaksi antara masyarakat dari berbagai wilayah. Interaksi antara masyarakat Timur Tengah dengan Nusantara sebenarnya dapat kita lihat dari banyaknya para pedagang yang berlabuh di pelabuhan-pelabuhan penting di Nusantara, diantaranya ialah pelabuhan Malaka yang berada di antara Pulau Sumatera dengan Semenanjung Malaya; pelabuhan Barus, pelabuhan Tapanuli, pelabuhan Banten, Sunda Kalapa, Tuban, Gresik, serta Cirebon. 

Berlabuhnya para pedagang tersebut dikarenakan adanya kepentingan mereka terhadap perniagaan dengan berbagai barang komoditas yang ketika itu laku dipasaran internasional: rempah-rempah, kain, lilin, porselen, madu, dan kayu.

Banyaknya para pedagang dari berbagai wilayah ini kemudian semakin menyemarakkan kondisi pelabuhan-pelabuhan di Nusantara. Menurut Meilink-Roelofsz, bahwa kebangkitan pelabuhan-pelabuhan Sumatera bagian utara berhubungan langsung dengan masuknya Islam. Hal ini menandakan bahwa ketika datangnya masyarakat Timur Tengah ke wilayah Nusantara untuk berniaga dengan penduduk internasional dan secara tidak langsung menyebarkan ajaran Islam kepada para penduduk lokal di wilayah pelabuhan, maka pelabuhan di wilayah ini otomatis sangat ramai dikunjungi oleh berbagai pedagang.

Berbagai pedagang dari berbagai wilayah berdatangan untuk menjual maupun membeli berbagai komoditas. Pedagang Arab, Cina, dan India kemudian berkumpul di wilayah pesisir pelabuhan dengan membawa berbagai komoditas. 

Kondisi Nusantara yang menjadi titik pelayaran dan perniagaan tentunya tidak dapat dipisahkan dari tiga faktor diantaranya ialah: Pertama, kondisi geografis Nusantara yang terletak sangat strategis diantara dua samudera dan dua benua berhasil menjadi urat nadi bagi perdangangan internasional dan menjadi penentu dalam gerak para pedagang yang kemudian berlabuh dan singgah di berbagai pelabuhan penting di wilayah ini.

Kedua, ialah kondisi angin yang mempengaruhi wilayah ini, dimana wilayah Nusantara merupakan wilayah yang mendapatkan pengaruh angin muson barat dan angin muson timur. 

Angin ini berhembus secara rutin bergantian setiap tahunnya. Dengan memanfaatkan perubahan angin ini maka pada bulan Oktober kapal-kapal sudah berangkat menuju pusat-pusat perdagangan di Makassar, Gresik, Demak, Banten, sampai ke Malaka dan kota-kota lainnya. Adapun pada Maret perjalanan ke Timur bisa dilakukan dengan menggunakan angin barat. 

Pada bulan Maret inilah para pedagang dari Arab berlayar ke wilayah Nusantara. Sedangkan dalam bulan Juni sampai dengan Agustus angin di Laut Cina Selatan bertiup kearah utara sehingga memudahkan pelayaran ke wilayah-wialayah sebelah utara Nusantara. Kemudian pada bulan Desember, angin ini sudah berbalik sedemikian rupa sehingga perjalanan kembali ke selatan dapat dilakukan kembali.

Ketiga, faktor  lain yang sangat penting bagi ramainya para pedagang yang kemudian berlabuh di Nusantara ialah kebijakan penguasa tempatan yang relatif bersahabat dengan para pedagang dari berbagai wilayah. Konsisi ini dapat kita lihat dari Pelabuhan Malaka. 

Dimana dalam peraturan pelabuhan itu disebutkan terdapat empat orang syahbandar. Syahbandar-syahbandar tersebut dipilih dari para saudagar asing itu sendiri. Oleh karena itu para pedagang asing yang berdagang di Malaka menjadi senang karena urusan mereka ditangani oleh pejabat pelabuhan yang berasal dari kalangannya sendiri.

Selain dari faktor diatas juga terdapat sebab lain yang mengakibatkan banyaknya para pedagang yang kemudian berlabuh untuk berniaga di Malaka, ialah karena Malaka memaksa kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka untuk singgah di pelabuhannya. Namun demikian penguasa Malaka tersebut memberikan fasilitas-fasilitas yang cukup baik serta dapat dipercaya diantara fasilitasnya ialah berupa pergudangan dan perdagangan. Selain itu ada faktor lain yaitu kebijakan penguasa yang tidak memungut bea eksport terhadap komoditas yang dikeluarkan dari Malaka, baik dari kapal-kapal yang menuju ke barat ataupun ke timur.

Terlepas dari ramainya pelabuhan di Nusantara akibat adanya pelayaran dan perniagaan internasional yang melintasi kawasan tersebut. Terdapat sebuah persoalan kapan sebenarnya hubungan atau relasi antara masyarakat Timur Tengah dengan Nusantara terjalin. Menurut Azyumardi Azra, bahwa terdapat banyak riwayat-riwayat tentang Nusantara yang ditulis oleh sejarawan semacam Al-Ya'qubi, Abu Zayd atau Al-Mas'udi, tetapi mereka kebanyakannya berdasarkan pada ceritera para pelayar Arab yang lebih tertarik kepada hal-hal aneh daripada kondisi nyata bagian-bagian Nusantara yang mereka singgahi.

Pendapat Azra tersebut diperkuat oleh Hasan Muarif Ambary, didalam bukunya beliau mengatakan bahwa dari berbagai literatur Arab terdapat berita mengenai perjalanan mereka ke Asia Tenggara. Cerita tersebut umumnya berkaitan dengan barang-barang perdagangan dan rute perjalanan serta hanya sedikit yang menjelaskan mengenai penduduk dan istiadat di wilayah Nusnatara. Lebih lanjur didalam bukunya Ambary mengatakan sebagaimana yang dikutip dari Paul Wheatly, beliau mengemukakan bahwa diantara penulis Arab hingga abad ke-14 M, hanya Abu Dulaf (abad ke-10) dan Ibnu Battutah yang benar-benar melakukan perjalanannya ke Asia Tenggara.

Datangnya masyarakat Timur Tengah ke Nusantara juga dipaparkan oleh Hamka, beliau mengatakan bahwa terdapat dua catatan penting dari Tionghoa yang mengatakan bahwa pada abad ketujuh masehi orang Arab telah datang ke Tanah Jawa pada tahun 674-675 M dan telah mendirikan kampong di Pantai Barat Sumatera pada tahun 684 M. Masuknya orang Arab yang kemudian menyebarkan ajaran Agama Islam di wilayah ini tidak terlepas dari motif pelayaran dan perniagaan yang terjadi di wilayah Nusantara. Kondisi itu sesuai dengan pendapat dari Van Leur, yang mengatakan bahwa motif ekonomi dan politik sangat penting dalam masuk islamnya penduduk Nusantara. Dengan mengkonversi agama kedalam Islam, para penguasa dan masyarakat pribumi di Nusantara dapat berpartisipasi secara ekstensif dan menguntungkan dalam perdaganngan internasional yang mencakup wilayah dari Laut Merah hingga Laut Cina.

Kehadiran umat Muslim di Nusantara yang berasal dari wilayah Timur Tengah, terkhusus dari wilayah Arab dan Persia pada masa-masa awal disebutkan oleh seorang agamawan dan pengembara terkenal asal Cina yang bernama I-Tsing pada tahun 671 M yang berlabuh di sekitar Palembang. Menurut Azyumardi Azra, bahwa terdapat hubungan yang erat antara wilayah Palembang, dalam hal ini ialah Kerajaan Sriwijaya dengan kawasan Timur Tengah. Kondisi ini dibuktikan oleh adanya dua pucuk surat yang mengandung bukti kuat dikirim oleh Maharaja Sriwijaya kepada dua khalifah di Timur Tengah. Hal ini kemudian diperkuat oleh argumentasi dari Hamka, yang mengatakan bahwasanya kedua surat tersebut dikirimkan oleh dua khalifah yang berbeda. Surat pertama ialah dikirim pada zaman pemerintahan Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan, pendiri Dinasti Umayah dan kedua pada zaman pemerintahan Khalifah Bani Umayah yang kelima, Abdul Malik bin Marwan.

Selain itu terdapat juga catatan dari Dinasti Tang yang salah satunya menyebutkan sejumlah orang dari Ta-Shih yang membatalkan niatnya untuk menyerang Kerajaan Holing. Kata Ta-Shih diidentifikasikan sebagai orang Arab. Mengenai lokasi orang Ta-Shih ini kemungkinan berada di Palembang atau di wilayah Kuala Brang, 25 mil dari Sungai Trengganu, Malaysia. Terlepas dari keberadaan orang Ta-Shih ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Arab telah ada dan berhubungan dengan masyarakat Nusantara pada abad ke-7 masehi.

Kesimpulan

Dari pembahasan yang saya jabarkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hubungan yang terjadi antara masyarakat muslim di Nusantara dengan masyarakat muslim di Timur Tengah tidak dapat dipisahkan dari adanya pola pelayaran dan perniagaan yang ada di wilayah Kepulauan Nusantara. Wilayah ini menjadi pusat bagi bertemunya dan berinteraksinya para pedagang dari berbagai wilayah di dunia termasuk Arab, India, dan Cina. Kondisi ini dipengaruhi oleh tiga faktor: wilayah yang strategis, perubahan arah angin yang melintasi wilayah ini; serta kebijakan penguasa yang relatif bersahabat dengan para pedagang dan utusan dari negeri-negeri asing.

Dalam tulisan ini juga dapat kita ketahui bahwa terdapat berbagai macam argumentasi mengenai waktu datangnya masyarakat Timur Tengah ke wilayah Nusantara, diantara tokoh yang membahas perihal ini ialah Azyumardi Azra, Hasan Muarif Ambary, dan Hamka. Mereka memiliki argumentasi yang saling berbeda sekaligus saling memperkuat argumen-argumen yang diutarakan dari tokoh-tokoh lainnya. Namun yang pasti bahwa masuknya bangsa yang berasal dari Timur Tengah didasarkan atas motif perdagangan menggunakan sistem pelayaran kapal.

Sumber Referensi

Ambary, Hasan Muarif. 1998. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Azra, Azyumardi. 1995. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Bandung: Penerbit Mizan.

Candrasasmita, Uka. 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: KPG.

Dillenia, Ira, dkk. 2019. Buku Besar Maritim Indonesia Sejarah dan Politik Maritim Indonesia. Jakarta: Amafrad Press.

Fajriudin. 2018. Historiografi Islam: Konsepsi dan Asas Epistemologis Ilmu Sejarah Dalam Islam. Depok: Prenadamedia Group.

Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam Jilid IV. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.

Iryana, Wahyu. 2019. Historiografi Umum. Bandung: Penerbit Yrama Widya.

Lapian, Adrian B. 2017. Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad Ke-16 dan 17. Depok: Komunitas Bambu.

Leur, J.C. Van. 1955. Indonesian Trade and Society. Den Haag: Van Hoeve.

Roelofsz, M.A.P. Meilink. 2016. Persaingan Eropa dan Asia di Nusantara, Sejarah Perniagaan 1500-1630. Depok : Komunitas Bambu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun