Mohon tunggu...
Dian Nurhaeni
Dian Nurhaeni Mohon Tunggu... Penulis - @diiannur_

Tulislah apa yang kamu rasakan dan kamu pikirkan jika dengan menulis membuat perasaanmu senang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Petang di Taman: Konflik Sederhana yang Dilebih-lebihkan (Apresiasi Naskah Drama "Petang di Taman" Karya Iwan Simatupang)

15 Juli 2022   15:47 Diperbarui: 15 Juli 2022   15:59 4009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selain itu, ada juga perlengkapan yang bersifat referensial. Seperti bangku taman, kipas, tanaman, suara petir saat adegan hari sedang hujan, dan suara lonceng gereja saat menandakan hari sudah petang. Semua itu akan melengkapi pementasan dan membuat drama semakin tergambar bagaimana ceritanya.

Melihat dari alur ceritanya, drama ini memiliki kaitan dengan kehidupan sosial saat ini. Manusia seringkali membesar-besarkan masalah yang dimilikinya. Padahal sebenarnya masalah itu sepele dan bisa diselesaikan baik-baik. Kita bisa lihat dari latarnya, yaitu taman. 

Di mana taman merupakan tempat berkomunikasi banyak orang dan di sana pula penulis menceritakan bahwa taman tempat terjadinya permasalahan. Jika melihat dunia saat ini, taman bisa kita simbolkan sebagai media sosial. Banyak orang yang menggunakan media sosial sebagai tempat berkomunikasi, berbagi cerita, bahkan ada yang menggunakan media sosial sebagai tempat keributan. 

Banyak orang yang seolah-olah ingin terlihat peduli kepada orang lain, misalnya dengan cara menggali informasi tentang seseorang di media sosial, mencari tahu apa masalahnya, kemudian akhirnya dia akan ikut campur dalam urusan orang itu, seperti memberikan komentar. 

Pada akhirnya, mereka akan semakin ramai membawa masalah sepele itu menjadi suatu masalah yang besar. Bahkan tak sedikit orang yang memberikan gunjingan. Orang seperti itu disebut dengan netizen atau warganet, orang yang senang ikut campur urusan orang lain. Kiranya hal ini erat berkaitan dengan kondisi sosial dewasa ini.

Dari dulu hingga saat ini, drama memang mengalami perkembangan yang panjang. Ada yang dulunya berfungsi sebagai media penyampaian dakwah, sekarang fungsi drama lebih daripada itu. 

Banyak pementasan drama di sekolah, gedung teater, atau dalam media sosial yang dikemas secara menarik. 

Salah satu drama yang membuat tertarik adalah drama “Petang di Taman”. Melihat pengarangnya adalah Iwan Simatupang yang sering menghadirkan drama absurd dan gaya yang padat. Selain itu, drama ini memang dimuat dalam majalah dan dijadikan buku kecil sehingga sangat menarik. 

Pesan yang terkandung dalam drama ini pun terasa adanya. Sebagai manusia, kita tidak boleh membesarkan suatu permasalahan yang sedang terjadi. 

Dengan cara membesarkan masalah itu tidak akan membuat masalah menjadi selesai. Bahkan hanya akan membuat semakin rumit saja. 

Masalah yang ada harus segera diselesaikan jangan sampai merembet kepada hal yang lain. Kegiatan apresiasi ini juga dilakukan agar drama “Petang di Taman” dikenal oleh banyak orang, setidaknya yang membaca tulisan ini. Karena sayang sekali, jika drama yang berasal dari luar negeri lebih disukai daripada drama karya sastrawan bangsa sendiri. Maka dari itu, sudah seharusnya kegiatan apresiasi karya sastra ditingkatkan – terutama drama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun