Mohon tunggu...
Dian Nurhaeni
Dian Nurhaeni Mohon Tunggu... Penulis - @diiannur_

Tulislah apa yang kamu rasakan dan kamu pikirkan jika dengan menulis membuat perasaanmu senang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Petang di Taman: Konflik Sederhana yang Dilebih-lebihkan (Apresiasi Naskah Drama "Petang di Taman" Karya Iwan Simatupang)

15 Juli 2022   15:47 Diperbarui: 15 Juli 2022   15:59 4009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terdapat makna tersirat dalam ceritanya, bahkan judulnya saja mempunyai makna tersendiri. Jika ditelaah lebih dalam, pemilihan judul “Petang di Taman” pastinya mempunyai arti yang perlu dipahami oleh pembaca. Pemilihan kata “petang” bisa jadi bermakna usia yang sudah tua, renta, senja, yang menggambarkan sosok OT. 

Kemudian pemilihan kata “taman” yang dijadikan sebagai latar umumnya adalah tempat berkumpul semua orang untuk melepaskan penat. Namun, dalam drama ini taman dijadikan sebagai tempat keributan dari masalah-masalah yang dibawa oleh keempat tokohnya.

Alur yang digunakan dalam naskah adalah maju karena semua terjadi secara beruntutan. Di mulai dari OT dan LSB yang bertemu di taman ketika cuaca sedang tidak bersahabat. 

Mereka berbicara tentang hari yang hujan atau kemarau. Terjadi sedikit perdebatan antara mereka tentang cuaca yang seharusnya tidak dibuat rumit. Sampai akhirnya tokoh PB datang membawa banyak balon di tangannya. 

Saat itu, LSB tidak mengizinkan PB untuk duduk di taman, padahal taman adalah tempat umum. Lalu LSB menerkam semua balon yang dipegang PB sehingga terbang begitu saja. 

Melihat balon terbang, PB terisak menangis karena dia kehilangan balonnya. Hanya tersisa satu balon, itu pun dimainkan oleh OT dan terjadilah keributan kembali tentang balon. Sampai kedatangan W membawa kereta bayi seorang diri. 

Saat itu OT dan LSB mencurigai bahwa PB-lah bapak dari anak yang dibawa oleh W. Keributan pun terjadi kembali, meskipun pada akhirnya terbukti PB bukan bapak dari anak itu. 

Akhirnya PB pergi setelah beberapa waktu W pergi. Di taman itu hanya tersisa OT dan LSB yang menceritakan masalah masing-masing. 

OT yang kehilangan istri pertama dan kucingnya, serta istri kedua yang terpincut laki-laki lain. Kemudian LSB yang merasa gagal dan hidup seorang diri. 

Pada akhirnya mereka menerima jalan hidup masing-masing, OT tetap pulang tanpa menemukan kucing bernama Minah, sama seperti nama istri pertamanya. 

Lalu LSB yang akhirnya memilih tetap tinggal di kolong jembatan sebagai seseorang yang merasa gagal menjadi seorang penyair.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun