"Idih ni anak gemesin banget sih. Bye ya Ta, cepet masuk jangan keduluan sama angin yang masuk ke badan kamu!" katanya sambil meninggalkan taman rumah.
Ah sudah tidak bisa dibayangkan lagi. Mengapa aku bisa secepat itu luluh kepada dia. Padahal hari ini dia membuatku kecewa, lagi. Tapi entah mengapa hati ini sangat mudah terbuka. Ini sebenarnya aku yang terlalu lugu atau memang dia yang pandai merayu?Â
Ah sudahlah, aku juga tidak tau. Lebih baik aku tidur saja, besok aku harus menyelesaikan tugas kantorku merancang maket untuk pameran. Saat aku baru saja terlelap, suara handphone ku terdengar. Ah mengganggu saja.
"Iya hallo?"
"Mba, benarkah nama Mba-nya Leta?"
"Ah iya, ini siapa?" aku kaget.
"Hahaha ketipu kamu!" katanya.
"Dih nyebelin sumpah! Aku baru aja mau tidur makanya gak bisa bedain ini suara operator atau si tukang humor!" kataku sebal. Aku benar tidak tau yang menelepon itu Deva. Ku kira petugas kantor yang menyuruhku meeting malam ini juga untuk pameran, ternyata bukan.
"Ta, kenapa kamu belum tidur?" tanyanya.
"Adeuh aku baru aja bilang mau tidur, cuman aku diganggu sama tukang humor jadi aku bangun."
"Ya udah selamat tidur ya sayang hahaha, maaf ganggu."