Mohon tunggu...
Dian Nurhaeni
Dian Nurhaeni Mohon Tunggu... Penulis - @diiannur_

Tulislah apa yang kamu rasakan dan kamu pikirkan jika dengan menulis membuat perasaanmu senang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Broken Hopes

1 April 2020   18:28 Diperbarui: 1 April 2020   18:26 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantas hubungan yang terjalin selama sepuluh tahun ini apa? Aku menunggu dia mengucapkan 'tunggu aku melamarmu' tapi tidak terucap sampai detik ini. Malah yang dia ucapkan bahwa dia sudah memiliki calon istri.

Coba bayangkan, betapa hancurnya perasaanku. Bertahun-tahun aku menyimpan rasa padanya, aku kira dia juga memendam hal yang sama. Tetapi nihil, dia tidak seperti itu. 

Dia menganggap bahwa kita hanya berteman saja. Lantas mengapa jika ingin berteman saja dia memberikanku perhatian lebih seolah aku adalah pacarnya? Sakit sih, tapi tidak berdarah.

"Ta, cinta datang tak pernah disangka. Aku memang sayang sama kamu, tapi aku gak bisa lanjutin hidup sama kamu. Dulu aku sempat berpikir bahwa kamulah orang yang tepat. Tapi aku sadar bahwa kamu lebih pantas bersama orang lain yang lebih baik dari aku Ta. Aku udah anggap kamu sebagai adik aku Ta. Percayalah, sayang yang aku rasakan ke kamu lebih dari apapun. Kamu tau alasan aku bawa dia buat ketemu kamu? Karena aku bilang kamu adalah adik aku Ta."

"Gini aja, kalau kamu sayang kamu gak akan biarin hati aku patah!"

Aku langsung berlari meninggalkan dia. Tidak peduli dia memanggilku, tidak peduli dia mengejarku. Dia sudah membuat hatiku hancur sehancur-hancurnya. Ini patah hati pertamaku oleh dia, patah yang sangat dalam. Aku tidak menyangka dia akan berbuat seperti itu.

Sesampainya di rumah, Ibu mengajakku mengobrol. Aku bilang pada Ibu kalau dia sudah akan menikah. Ibu sangat terkejut karena yang Ibu tau, aku dan dia sudah berpacaran. 

Ternyata Ibu juga sama sepertiku, mengira malam ini akan menjadi saksi bahwa aku akan diajak menikah atau sekedar mempunyai ikatan. Namun, malam ini justru menjadi malam yang menjadi saksi guyuran air mataku tumpah. Aku masih tidak menyangka dengan perbuatan dia.

Aku kira hubungan aku dan dia akan berakhir seperti film-film, dimana ceritanya dua orang berteman bisa jadi menikah. Tidak, aku tidak seperti film itu. Sudahlah mungkin dia bukan untukku.

Mungkin dia hanya titipan Tuhan agar aku jaga sampai dia menemukan jodohnya. Dan bodohnya, aku terlalu berharap. Memang, berharap yang paling menyakitkan itu berharap kepada manusia.

Pesan terakhirku kepada dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun