Siapa bilang keju hanya penganan orang barat? Orang Batak juga makan keju. Kejunya Orang Batak terbuat dari bahan dasar Susu Kerbau. Dahulu penganan ini adalah penganan raja-raja.
Penulis mengambil kesempatan menulis Keju Batak pada peringatan Hari Keju Sedunia, 4 Juni 2023. Keju dengan cita rasanya masih mendapat tempat di hati penikmat pangan hingga kini. Meskipun keberadaannya tidak banyak lagi, mengingat bahan baku yang terbatas.
Keju Orang Batak dikenal dengan nama Dali ni Horbo atau Bagot ni Horbo. Keju dibuat biasanya untuk ditambahkan ke dalam olahan Arsik (ikan berbumbu khas), Naniura (sashimi-nya orang batak) dan sayuran lainnya. Keju ini dijual di Pasar sebagai komoditas yang diperdagangkan.
Keju sendiri diperkenalkan sebagai produk olahan susu melalui penambahan bahan pengental. Bahan pengental ini dapat berasal dari enzim tumbuhan, hewan dan mikroba.
Jika Kompasianer pernah mendengar Rennet, sekelompok enzim pada Rennet itulah yang dihasilkan dari lambung hewan menyusui. Rennet mengandung enzim rennin, protease dan lipase.
Pada hewan berfungsi dalam mencerna air susu. Selain hewan, telah banyak pula mikroba berhasil dieksplorasi dalam kapasitasnya menghasilkan enzim protease. Fungsi utamanya menguraikan protein. Namun dapat pula menggumpalkan protein susu.
Jika menggunakan enzim tumbuhan dapat diperoleh dengan menambahkan Buah Nanas atau perasan Daun Pepaya. Di tanah Batak sendiri, masyarakat sering menggunakan tanaman lokal Alo-Alo atau Sisal (Agave sisalana) untuk diekstrak sebagai sumber enzim pengental.
Tanaman Alo-Alo banyak dimanfaatkan sebagai penghasil serat alami. Dalam produksinya serat tanaman ini diolah menjadi produk tali, karung goni, tali pengikat rokok tembakau dan sebagainya.
Dali ni Horbo si keju batak dijual jika pasokan Susu Kerbau tersedia. Harganya berkisar Rp. 10.000,- hingga Rp. 30.000,- per kemasan saji 500 gram.