Eksplorasi minyak atsiri belakangan menjadi tren penelitian dasar pada dekade ini. Tujuan lanjutannya untuk diaplikasikan pada bidang pangan, obat-obatan, kosmetik, parfum dan aromaterapi, kemasan, pertanian dan industri terkait lainnya.
Minyak atsiri diekstrak dari tumbuhan dengan nilai ekonomi tinggi. Tidak terkecuali pada tumbuhan lokal.
Hampir semua bagian tumbuhan dapat diekstrak minyak atsirinya. Demikian mengingat metabolit sekunder memang tersebar di seluruh bagian tumbuhan.
Kita ketahui bersama bahwa aplikasi minyak atsiri di bidang pangan berperan sebagai pengawet alami apakah yang ditambahkan dalam makanan olahan maupun formulasi pada kemasan pangan. Kemasan aktif istilahnya. Mengingat sifatnya sebagai antimikroba dan antioksidan.
Permasalahannya terapan teknologi minyak atsiri dalam industri dihadapkan pada permasalahan sukar larut dalam air. Selain itu ketahanan minyak atsiri terbatas terhadap kondisi pemrosesan seperti suhu, oksidasi, derajat keasaman (pH), tekanan dan sebagainya.
Semakin tinggi ketertarikan produsen industri menggunakan minyak atsiri pada praktik olahan pangan menuntut inovasi dalam mempertahankan kondisi minyak esensial selama proses agar tetap fungsional.
Salah satu cara menjaga minyak atsiri agar tetap fungsional dengan menerapkan jalan enkapsulasi. Teknik ini memiliki kelebihan mengurangi sifat hidrofobisitas minyak atsiri yang berdampak pada sifat organoleptik (diukur oleh panca indera seperti cita rasa, aroma, tekstur, dan sebagainya) yang semakin baik.
Di samping itu karakteristik minyak atsiri yang mudah menguap membutuhkan penanganan dengan memerangkap materi inti, ya si minyak atsiri tadi. Bahan penyalut dapat terdiri dari polimer protein dan karbohidrat.
Menurut penelitian Putri pada tahun 2020 menjelaskan bahwa metode koaservasi kompleks memiliki efisiensi enkapsulasi hingga 92,20 % dengan perbandingan minyak atsiri Lavender dan Sereh Wangi serta bahan penyalut yaitu 1:2. Pada penelitian ini menggunakan bahan penyalut kombinasi gelatin (protein) dan maltodekstrin (karbohidrat) dan melibatkan spray drying (kering semprot).
Hal-hal yang diperhatikan dalam metode koaservasi komplek yakni melibatkan surfaktan, penyesuaian pH agar terbentuk ikatan silang serta penambahan crosslinking agent.
Dalam inovasinya berbagai bahan penyalut dapat divariasikan. Tentunya dengan memperhatikan karakteristik minyak atsiri itu sendiri.
Penelitian Kokina dkk. pada tahun 2019 menyimpulkan bahwa dengan metode ekstruksi elektrostatik tanpa melibatkan pengemulsi dan penstabil, enkapsulasi minyak atsiri dapat terbentuk dengan bahan penyalut alginat dengan melibatkan freeze drying (kering beku).
Penelitian tersebut dilakukan terhadap minyak atsiri tanaman Lavender (Lavandula angustifolia), Bergamot (Citrus bergamia) berkerabat dengan Jeruk purut, Teh hijau (Melaleuca alternifolia) dan tanaman Mint (Menta piperita).
Karakteristik matriks penyalut minyak atsiri diukur dengan faktor yang menyatakan bentuk bulat diperoleh angka mendekati nilai 0 diartikan sebagai bentuk terbaik yang diharapkan.
Hasil enkapsulasi dari penelitian ini memiliki kemampuan antibakteri terhadap dua bakteri uji resisten antibiotik yakni Salmonella thypumurium dan Staphylococcus aureus pada rentang sedang hingga kuat.
Demikian pula dengan kandungan antioksidan yang dapat dipertahankan hingga 12 bulan pada suhu 25 oC, enkapsulasi mint pada kapasitas 72 % sedangkan minyak atsiri lain berkisar 40 %-50 %.
***
Material selain minyak atsiri telah banyak kita kenal beredar di pasaran seperti enkapsulasi vitamin C dalam serum anti jerawat, jus buah enkapsulasi yang telah berbentuk serbuk dan sebagainya.
Tentunya pada skala industri kegiatan pengisian matriks dengan minyak atsiri dilakukan oleh mesin-mesin besar. Namun penting pula bagi kita untuk mengetahui bagaimana skala pilot project hal ini diupayakan.
Pengujian untuk memastikan enkapsulasi sesuai dari segi karakteristik fisika, kimia dan biologi terus dilakukan untuk kenyamanan konsumen. Sebagai bentuk pelaksanaan jaminan konsumen yang jelas diatur dalam Undang-Undang tentang keamanan, mutu dan gizi pangan.
Terima kasih sudah membaca. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H