Mohon tunggu...
Diannita Harahap
Diannita Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Microbiologist

Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sinergi 4 Jenis "Rumah Bersih" dalam Kehidupan

6 Mei 2023   20:30 Diperbarui: 11 Mei 2023   20:01 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah, ilustrasi halaman, ilustrasi halaman depan rumah. (sumber: SHUTTERSTOCK / Susan Schmitz via kompas.com)

Halo Kompasioner! Sehat semua ya. Senang bisa kembali terikat pandangan dan pemikiran via tulisan ini.

Di antara kita mengenal rumah dengan fungsinya sebagai naungan fisik dari terpaan cuaca ektrem ekternal, tempat beristirahat dan kembali pulang berkasih sayang dan bercengkerama dengan yang tersayang. 

Fungsi tersebut sudah tepat. Lebih dari itu dalam ulasan ini kita akan melihat fungsi rumah lebih luas dalam kehidupan.

FYI, tulisan ini dikembangkan dari video pendek seorang kreator digital yang peduli pada isu sustainability yaitu Astri Puji Lestari. Mari berdiskusi.

1.  Jiwa, Raga dan Pikiran (Mind, Body and Soul)

Ketiga komponen jiwa, raga dan pikiran merupakan aset yang tak ternilai. Keseimbangan ketiganya menjadikan seseorang bergerak produktif. Bagi penulis, ketiganya merupakan “rumah” pemberian Sang Pencipta. 

Bagaimana menjaga rumah ini tetap sehat, nyaman untuk ditinggali dan keberlangsungannya bermanfaat bagi orang lain di sekitar. 

Dalam buku Tasawuf Modern karya Buya Hamka mengulas bahwa kebahagiaan manusia datang dari kesehatan jiwa dan fisik. Fisik yang sehat menjadikan pikiran terbuka, akal menjadi cerdas dan jiwa menjadi bersih.

Ketiganya merupakan rumah pertama bagi manusia. Sebagaimana kepemilikan rumah pertama, biasanya sangat istimewa. Kita jaga dan rawat.

Jika belakangan ada sebutan “rumah tumbuh” maka dapat dianalogikan sebagai usaha pengembangan rumah pertama tadi. 

Biasa pengembangan dilakukan jika sudah kenal benar seluk beluk “rumah” dan telah yakin mendapatkan rasa aman dan nyaman dari kepemilikan hakiki atas “rumah” yaitu jiwa, raga dan pikiran kita sendiri. Pengembangan diri dalam konteks ini.

Lagipula, atas pemberian Sang Kuasa tidak mungkin kita memilih rumah pertama yang lain. Artinya tidak mungkin memilih dan berpindah jiwa dan raga, toh?

Ilustrasi rumah. Sumber : freepik.com/rawpixel.com
Ilustrasi rumah. Sumber : freepik.com/rawpixel.com

2.  Rumah fisik (shelter)

Nah tentang rumah yang ini sering menjadi target kepemilikan bagi sebuah keluarga. Tidak jarang juga telah dimiliki untuk sebagian orang sejak lajang dan belum menikah. 

Bangunan fisik di atas sebidang tanah. Secara fisik memiliki nilai investasi yang tahun demi tahun meningkat nilainya.

Lebih dari itu rumah fisik memang difungsikan sebagai tempat berlindung, bercengkerama dan bertumbuh bersama keluarga. Bagaimana jika rumahnya masih pinjam? 

Ya, tidak masalah. Tidak mengurangi fungsinya selama berproses untuk memperoleh rumah di kemudian hari dengan kepemilikian pribadi.

Rumah seperti sebuah wadah bagi materi-materi pendukung aktivitas manusia sehari-hari. Di dalamnya tersedia ruangan bersekat dengan fungsinya masing-masing. 

Biasanya dalam ruangan bersekat tersebut disimpan berbagai furnitur. Peruntukkannya tentunya beragam.

Dalam mendukung kebahagiaan baik jiwa dan raga, furnitur sebaiknya rutin dirawat dan dibebaskan dari debu yang menempel. Semakin banyak furnitur dan benda bertumpuk di dalamnya maka semakin besar peluang debu banyak menempel.

Banyak sumber menyebutkan bahwa memiliki barang-barang sesuai kebutuhan (utamanya jumlah tidak berlebihan) dapat memelihara kesehatan jiwa. 

Tidak bingung menyusun dan merawatnya seperti apa. Penulis sependapat bahwa masing-masing barang harus ada “rumah”nya. Jika tidak ditempatkan pada tempatnya maka akan sukar rapi dan kesannya terus berantakan.

Merapikan kembali (decluttering) barang dengan rutin, apakah dengan patokan one in one out, bisa menjadi rumus. Jika beli satu benda maka satu benda lainnya harus dikeluarkan, boleh diberikan pada saudara, teman atau orang lain yang membutuhkan.

Tidak sedikit kita dengar kasus penyakit alergi, infeksi saluran pernapasan, hingga TBC timbul dan diperparah keadaannya karena adanya akumulasi debu berlebihan pada permukaan benda.

Kita kembali lagi ke masalah debu tadi. Untuk meminimalisir rumah berdebu, kita dapat menerapkan jadwal bersih-bersih berkala. Jadwal dapat disusun harian, mingguan dan bulanan. Sehingga tidak perlu harus deep cleaning menjelang hari raya atau ada tamu istimewa datang ke rumah.

Ilustrasi tempat tidur yang harus dirawat setiap hari. Sumber : freepik.com/alexandercho
Ilustrasi tempat tidur yang harus dirawat setiap hari. Sumber : freepik.com/alexandercho

Jadwal bersih-bersih harian yang biasa penulis terapkan pada daerah yang sering digunakan beraktivitas dengan rutin seperti kamar tidur, dapur, ruang tamu dan toilet. 

Bersih-bersih kamar tidur seperti merapikan sarung bantal dan sprei, peralatan di meja kerja, menyeka permukaan dengan kain lembab atau menyedot debu pada lantai. 

Selain itu kegiatan lainnya seperti mengatur piring dan gelas setelah ditiriskan masuk ke dalam lemari penyimpan piring

Kegiatan bersih-bersih mingguan dapat dilakukan pada daerah sela-sela furnitur dengan dinding, membersihkan kaca dan kusen pintu serta jendela. 

Ilustrasi kusen dan kaca jendela yang perlu dirawat mingguan. Sumber : freepik.com/brgfx
Ilustrasi kusen dan kaca jendela yang perlu dirawat mingguan. Sumber : freepik.com/brgfx

Kegiatan lainnya seperti membersihkan lemari penyimpanan di dapur atau kolong meja kompor meminimalisir kehadiran hewan vektor penyebar penyakit seperti tikus dan kecoa.

Bersih-bersih bulanan dilakukan biasanya terhadap eksterior rumah seperti merapikan rumput di halaman, membersihkan pagar rumah dari debu. Semua kegiatan di atas dapat dilakukan bersama, bergiliran antar anggota keluarga. Dijadikan rutinitas yang menyenangkan.

Ilustrasi halaman rumah yang perlu perawatan bulanan. Sumber : freepik.com/evening_tao
Ilustrasi halaman rumah yang perlu perawatan bulanan. Sumber : freepik.com/evening_tao

3.  Lingkungan sosial (Society)

Rumah selanjutnya yang harus kita jaga bersama adalah lingkungan sosial. Dimana di dalamnya terdapat interaksi antara manusia dengan lingkungannya. 

Kita kenal definisi ini dengan interaksi sosial. Dalam bersosialisasi manusia memperhatikan keberlanjutan hubungan sesama manusia dan lingkungan.

4.  Bumi (Earth)

Rumah yang terakhir dalam kehidupan yaitu bumi. Tempat semua makhluk hidup dan pendukungnya (tak hidup) saling membutuhkan dan berinteraksi. 

Kita harus pastikan segala aktivitas manusia saat ini tidak menghilangkan kesempatan bagi generasi mendatang memperoleh hak istimewa seperti apa yang kita dapatkan sekarang dari bumi. Rasa bahagia, kebebasan, dan ketentraman lahir batin.

***

Semoga seimbang 4 rumah kita. Untuk keberlanjutan hidup manusia mendatang. Terima kasih sudah membaca. Salam.

Referensi: satu, dua, tiga, dan empat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun