Degradasi Aflatoksin B1
Proses degradasi berlangsung dengan mengubah struktur toksin yaitu cincin furan dan lakton. Penggunaan agen degradasi harus melewati uji tingkat bahaya (toksisitas).
Toksisitas mikroba/enzim mikroba yang akan digunakan merupakan indikator penentu aplikasi metode biologi. Mikroba patogen tidak diperbolehkan sebagai agen detoksifikasi.
Adapun agen yang efektif pada detoksifikasi Aflatoksin B1 diantaranya Bacillus velezensis, B. subtilus, Lysinibacillus fusiformis, Staphylococcus warneri, Escherichia coli, Tetragenococcus halophilus, Pseudomonas aeruginosa, P. putida, Stenotropomonas sp., Burkholderia sp. regangan, Rodococcus eritropolis efektif menurunkan cemaran toksin > 80 %.
Sedangkan jamur Aspergillus niger dan Candida serbaguna CGMCC 3790 dengan efektifitas di atas 50 % berperan dengan mekanisme degradasi.
Mikroba yang diberikan bukan hanya meningkatkan laju degradasi terhadap Aflatoksin, namun lebih dari itu dapat berfungsi sebagai pertahanan epitel usus terhadap toksin jamur dan toksin mikroba patogen lainnya.
Aplikasi di Lapangan
Studi ini dinilai menarik dan mendapat perhatian banyak peneliti, namun pada skala in vivo masih masih sulit dikembangkan terkendala pada aktivitas faktor biologis. Maka dilakukan studi in vitro pada kultur pertumbuhan bakteri.
Perendaman kacang tanah atau jagung dilakukan pada kultur cair pertumbuhan mikroba agen detoksifikasi. Perendaman dilakukan selama 2 jam.Â
Rerata studi menunjukkan > 50-100 % pengurangan cemaran toksin ini bergantung pada agen mikroba yang digunakan. Enzim B. subtilus diperoleh stabil dan tidak beracun pada IC 50,4 mg/mL.