Pada masa blokade ini Rama Kanjeng juga tetap didatangi imam-imam dan umatnya.
Disetiap kesempatan Romo Kanjeng selalu berpesan agar umat Katolik ikut prihatin dengan situasi bangsa serta meminta supaya natal dirayakan dengan sederhana.
Suatu hari beliau juga dikunjungi pemuda-pemuda Katolik.
Mereka bertanya, sebagai umat Katolik apakah mereka juga harus ikut berjuang.
Pertanyaan itu membuat Rama Kanjeng marah. Dengan nada marah Rama Kanjeng meminta pemuda-pemuda itu untuk pergi berjuang dan kembali kalau sudah mati.
Walaupun demikian, Beliau juga dengan berani menghadap kedua kubu-kubu yang bertikai untuk mengusahakan perdamaian dan pembicaraan diantara keduanya.
Sementara Rama Kanjeng ini sendiri dengan kepiawaiannya berdiplomasi, beliau berhasil menembus blokade Belanda dengan tulisan-tulisannya di majalah Commonwealth untuk pembaca di Amerika Serikat.
"... aksi militer tersebut untuk merebut yang telah hilang,
dilakukan untuk membalas semua kekalahan,
mencoba menghidupkan kembali apa yang sudah mati,
mencoba memperbaiki dengan kekerasan senjata,