Mohon tunggu...
Dianita Sahentendi
Dianita Sahentendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ingin meningkatkan kemampuan menulis saya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Stop Normalisasi

3 Maret 2024   13:44 Diperbarui: 11 Maret 2024   09:32 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Setop Normalisasi "Rape Culture". (Sumber: Thinkstockphotos via kompas.com)

"Dan kamu tau ga kenapa pembungkus kain kafan wanita bisa berlapis lapis beda sma laki-laki yang cuma 1 lapis" ungkap pengguna akun yang namanya ditutupi Bobba.

"Cewe lemah" ungkap pengguna akun yang namanya ditutupi Bobba.

"Ini kenapa lebih baik perempuan di rumah, dan hindari kontak dengan laki-laki" ungkap pengguna akun yang namanya ditutupi Bobba.

Dari beberapa contoh komentar yang dilontarkan ke akun Bobba dapat dilihat bahwa korban kekerasan seksual secara verbal mengalami victim blaming oleh beberapa akun. 

Kecenderungan untuk melabeli korban dengan segala stigma negatif yang ada di masyarakat masih berlanjut hingga sekarang. Kecenderungan untuk menganggap perempuan sebagai objek untuk pemuas nafsu masih tumbuh subur ditengah masyarakat.

Laki-laki masih cenderung menganggap dirinya sebagai subjek yang berhak untuk melakukan apapun terhadap perempuan, karena perempuan merupakan objek bagi mereka. Perempuan tidak benar-benar dipandang sebagai sebagai seorang subjek yang utuh.

Perempuan-perempuan yang mengalami kekerasan seksual di ruang publik akan cenderung untuk diminta kembali ke ranah privat (rumah), karena dinilai lebih aman, seperti kasus yang dialami oleh Bobba. 

Padahal angka pelaku kekerasan seksual berdasarkan hubungan dengan korban yang paling banyak terjadi adalah dari orang-orang terdekat. 

Hal ini dapat dilihat dari data yang ada di Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA), dimana pelaku paling banyak ditemui adalah pacar/ teman, suami/ istri dan orang tua.[5]

Tidak ada tempat yang benar-benar aman dan menjamin perempuan untuk terlepas dari kekerasan seksual. Karena, setiap orang memiliki potensi yang besar untuk menjadi korban dan pelaku kekerasan seksual tanpa terkecuali. 

Untuk itu perlu sikap untuk ekstra hati-hati dari kita semua untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual dan sebuah pola pikir yang tidak menormalisasi segala bentuk tindak kekerasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun