Model Johari Window dapat digunakan untuk mengatasi "blind self," yang mencakup informasi yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak oleh individu. Dalam konteks transfer pricing, ini mungkin berkaitan dengan kurangnya kesadaran atau pemahaman mengenai dampak keputusan transfer pricing pada berbagai bagian organisasi. Dengan mendorong komunikasi yang terbuka feedback dari fiskus, organisasi dapat mengurangi "blind self" dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai implikasi keputusan transfer pricing di seluruh organisasi. Selain itu, Johari Window dapat membantu mengurangi "hidden self," yang mencakup informasi yang diketahui oleh individu tetapi tidak oleh orang lain. Dalam konteks transfer pricing, ini dapat berhubungan dengan kebutuhan akan komunikasi transparan mengenai dasar dan metodologi di balik keputusan transfer pricing. Dengan mendorong dialog terbuka dan pengungkapan, organisasi dapat meminimalkan "hidden self," sehingga meningkatkan pemahaman dan keselarasan mengenai praktik transfer pricing. Secara keseluruhan, Johari Window dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan praktik transfer pricing dengan mempromosikan transparansi, komunikasi terbuka, dan pemahaman bersama dalam suatu organisasi. Dengan memperluas "open self," mengatasi "blind self," dan meminimalkan "hidden self," organisasi dapat meningkatkan implementasi praktik transfer pricing dan mengurangi potensi dampak negatif yang terkait dengan praktik tersebut. Meskipun tidak terdapat contoh konkret penggunaan Johari Window untuk meningkatkan praktik transfer pricing, prinsip-prinsip dasar seperti pengungkapan diri, umpan balik, dan transparansi yang ditekankan oleh Johari Window dapat diadopsi untuk meningkatkan praktik transfer pricing dalam suatu organisasi.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Transfer Pricing (Harga Transfer)Â
Penetapan harga transfer merupakan sumber yang cukup baru. Ketika perusahaan berkembang secara internasional, masalah penetapan harga pengiriman langsung menjadi masalah yang lebih serius. Diperkirakan bahwa 60% dari semua perdagangan internasional terdiri atas pengiriman antar entitas-entitas bisnis yang terkait. Transaksi antar negara juga menghadapkan perusahaan multinasional pada pengaruh-pengaruh lingkungan yang menciptakan dan menghancurkan peluang untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dengan penetapan harga pengiriman. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dengan penetapan harga transfer:
1. Pertimbangan-pertimbangan pajak
Jika tidak ditiadakan oleh undang-undang, keuntungan perusahaan bisa ditingkatkan dengan menetapkan harga pengiriman untuk memindahkan keuntungan dari anak perusahaan yang berlokasi di negara-negara berpajak tinggi ke anak perusahaan yang berlokasi di negara-negara berpajak rendah.
2. Perhitungan tarif
Tarif barang-barang impor juga mempengaruhi kebijakan penetapan harga transfer perusahaan multinasional. Sebagai contoh sebuah perusahaan mengekspor barang kepada cabang perusahaannya yang berdomisili disebuah negara bertarif tinggi bisa mengurangi tarifnya dengan menekan harga barang dagangan yang dikirim kesana. Sebagai tambahan untuk semua kaitan ini, perusahaan multinasional harus memperhitungkan biaya dan keuntungan tambahan, ekternal dan internal.
3. Faktor-faktor kompetitif
Untuk memfasilitasi pendirian cabang perusahaan di luar negeri, perusahaan induk bisa mendukung cabang perusahaan dengan memakai faktur pada harga yang sangat rendah. Semua harga cabang perusahaan ini bisa dihilangkan secara berkala ketika cabang perusahaan memperkuat posisinya di pasar luar negeri. Sama halnya, harga transfer yang rendah bisa digunakan untuk membentengi usaha yang ada dari dampak persaingan asing di pasar lokal atau pasar lainnya. Dampak persaingan secara tidak langsung juga dapat terjadi. Untuk memperbaiki akses cabang perusahaan luar negeri dengan pasar modal, ketetapan harga transfer rendah untuk input dan ketetapan harga transfer tinggi untuk output bisa menyokong laporan pendapatan dan posisi keuangannya. Kadang-kadang, harga transfer dapat digunakan untuk melemahkan cabang perusahaan pesaing.
4. Resiko lingkungan