Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Merbabu, Setahun yang Lalu

2 Agustus 2024   10:00 Diperbarui: 2 Agustus 2024   10:13 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajah masih bersih dan sumringah di Pos 1/dok. pri

Jalan menanjak di bawah mentari jam 13.00/dok. pri
Jalan menanjak di bawah mentari jam 13.00/dok. pri

Di Pos 3 kami beristirahat lagi. Pos 3 ini adalah dataran cukup luas dengan perdu-perdu edelweis dan sedikit pohon untuk berteduh para pendaki. Seorang kawan membagikan jeruk yang alhamdulillah nikmat sekali rasanya. 

Next stop adalah Sabana 1 tempat kami menginap nanti malam. Porter yang menemani kami menginformasikan bahwa jarak tempuh tinggal sedikit lagi. Tinggal 2 tikungan lagi, bu, katanya. Ya pastinya, karena tikungan hanya ada 2, kiri dan kanan. Tapi berapa kali kita berbelok ke kiri dan ke kanan itu yang tidak dia sampaikan. Dan melihat arah telunjuknya menunjuk ke arah kemah kami berada, ciut rasa hati saya. Dari Pos 3 ke Sabana 1, kalau ditarik garis lurus hanya sekitar 600 meter, tapi elevasinya lebih dari 45 derajat. 

Ya Allah... 

Rasanya pengen nangis lihat tanjakan terjal di depan mata. Apa kabar lutut dan paru-paru perempuan 50+ tahun ini?  Meski tanpa beban di punggung, berat sekali melangkahkan kaki di jalur berpasir. Beruntung punya suami yang pandai kasih semangat dan selalu sabar membantu saya naik.  

Susah payah mendaki tanjakan terjal. /dok. pri
Susah payah mendaki tanjakan terjal. /dok. pri

Pantaslah tanjakan ini disebut tanjakan menangis atau tanjakan ratapan. Atau mungkin lebih tepat dinamakan tanjakan sumpah serapah? Karena perasaan saya berganti-ganti dari pengen nangis sampai pengen marah. Siapa yang bilang jalur Selo paling slow? 

Alhamdulillah... Setelah berjalan lebih dari 6 jam, sekitar jam 15.30 saya dan suami sampai di Sabana 1. Sudah ada beberapa teman yang tiba lebih dulu dan duduk leyeh-leyeh di depan tenda sambil minum teh. Kemah untuk tidur sudah tegak dan ada 1 tenda khusus untuk duduk dan bersantai. 

Menanti sunset di lereng Merbabu/dok. pri
Menanti sunset di lereng Merbabu/dok. pri

Apa sih yang dicari para pendaki? Saya suka berada di alam, di danau yang sepi, di hutan yang dihiasi suara-suara serangga, tapi berpikir panjang sekali sebelum akhirnya memutuskan ikut mendaki gunung berjam-jam, nafas ngos-ngos-an, badan berkeringat dan kaki pegal, lalu tidur meringkuk kedinginan di dalam sleeping bag, belum lagi kalau mau ke toilet harus menggali tanah. Sebagian besar gunung di Indonesia belum lengkap fasilitas umumnya. 

Lalu apa yang membuat perempuan setengah abad yang suka kenyamanan ini capek-capek naik gunung? Ini salah satu yang membuat saya mendaki. Edelweis.

Edelweis si bunga abadi/dok. pri
Edelweis si bunga abadi/dok. pri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun