Mohon tunggu...
Diana DwiSeptyaningrum
Diana DwiSeptyaningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Universitas Islam KH. Achmad Siddiq Jember

Saya Diana Dwi Septyaningrum, berasal dari Kabupaten Lumajang. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan S1 prodi Manajemen Pendidikan Islam di Universitas KH. Achmad Siddiq Jember. Semoga artikel yang saya tulis ini dapat menambah referensi kalian semua yaa.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Implementasi Model Pembelajaran Pencapaian Konsep

21 Juni 2024   18:01 Diperbarui: 21 Juni 2024   18:09 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  1. Pengertian Model Pencapaian Konsep

Secara umum, "model" didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam arti lain, "model" dapat didefinisikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti globe adalah model dari Bumi. 

Oleh karena itu, karena pembelajaran bukan suatu benda, model pembelajaran dianggap sebagai kerangka konseptual dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Winataputra (2001: 3) membatasi model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan cara-cara sistematis untuk mengatur pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Ini berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Didasarkan pada penelitian Jerome Bruner et al., model pencapaian konsep pertama dibuat oleh Joyce dan Weil dengan tujuan mengajarkan berpikir induktif dan menganalisis dan mengembangkan konsep.

Konsep itu pertama kali muncul pada tahun 1956. Klaimnya bahwa dunia penuh dengan makhluk luar biasa dan tidak memiliki kemampuan untuk membedakan dikategorikan mereka menawarkan tiga keuntungan bagi orang-orang: mengurangi kompleksitas lingkungan, menyediakan alat untuk mengidentifikasi objek di sekitar kita, dan mengurangi kebutuhan kita untuk pendidikan terus menerus. Akibatnya, penemuan ide-ide ini melalui studi cara berpikir manusia sangat penting.

Adanya gagasan baru untuk memperluas pembelajaran adalah pengajaran suatu konsep, menurut Rofi'ati (2014). Model ini sangat ideal untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kreativitas siswa karena siswa dapat menggambarkan pembelajarannya sendiri, menggambarkan dan membedakan karakteristik konsep ketika mereka telah mencapai pencapaian konsep.

Pada dasarnya, model pencapaian konsep adalah metode mengajar yang menggunakan data untuk mengajarkan konsep kepada siswa. Dalam model ini, guru memulai pelajaran dengan memberikan data atau contoh kepada siswa, dan kemudian meminta mereka untuk melihat data tersebut. Suatu abstraksi dibuat berdasarkan pengamatan ini.

  1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Pencapaian Konsep

  Penggunaan model pembelajaran pencapaian konsep dimulai dengan memberikan contoh penerapan konsep yang diajarkan dan kemudian mengamati contoh yang diturunkan dari definisi konsep. Hal yang paling penting dalam penggun aan model ini adalah pemilihan contoh yang tepat untuk konsep yang diajarkan, yaitu contoh yang akrab dengan siswa.

Sedangka menurut Miftahul Huda (2013: 80) model-model pembelajaran pencapaian konsep memiliki tiga tahap krgiatan, yang dijabaekan sebagai berikut:

Tahap Pertama: Penyampaian Data dan Identifikasi ide-ide.

Guru mrenyajikan contoh-contoh yangtelah dilabeli.

Siswa membandingkan sifat-sifat atau ciri-ciri pada contoh-contoh positif dan negative.

Siswa menjelaskan definisi tertentu berdasarkan sifat-sifat atu ciri-ciri yang paling penting.

Tahap kedua: Tes pencapaian ide-ide.

Siswa mengientifikasi contoh-contoh tambahan yang tidak dilabeli dengan tanda 'ya' atau 'tidak'.

Guru menguji hipotesis, menamai konsep, dan menyatakan kembali definisi-definisi berdasarkan sifat-sifat atau ciri-ciri yang paling esensial

Tahap Ketiga: Analisis Strategi Berfikir

Siswa mendeskripsikan pemikiran.

Siswa mendiskusikan peran sifat-sifat dan hipotesis-hipotesis.

Siswa mendiskusikan jenis dan raga hipotesis.

Model ini moderat. Dalam tahap ini, pengajar mengawasi kegiatan, tetapi dapat berkembang menjadi diskusi bebas. Pendidik dapat mendorong interaksi siswa. Diharapkan melalui kegiatan pengorgnisasian, siswa akan memiliki pengalaman yang lebih baik dalam mmeliatkan dan menunjukkan lebih banyak dorongan untuk melakukan proses induktif.

  1. Karakteristik Model Pencapaian Konsep

Model Pencapaian Konsep sebagai salah satu jenis dari kelompok model pengolahan informasi memiliki metode seperti yang diungkapkan oleh Joice dan Well adalah sebagai berikut:

1. Sintaks

        Model pencapaian konsep memiliki tiga tahap kegiatan sebagai berikut:

Fase Pertama: Penyajian Data dan Identifikasi Konsep.

Pengajar menyajikan contoh yang sudah diberi label.

Peserta didik membandingkan ciri-ciri dalam contoh dan bukan contoh.

Peserta didik membuat dan mengetes hipotesis.

2. Sistem Sosial 

Situasi dan norma yang berlaku dalam model pencapaian konsep dikenal sebagai sistem sosial. Model ini moderat. Selama tahap ini, pengajar mengawasi kegiatan, tetapi dapat berkembang menjadi diskusi bebas. Dengan cara kegiatan ini diatur, diharapkan pelajar akan memiliki pengalaman yang lebih besar dalam berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan lebih menunjukkan keinginan mereka untuk melakukan proses induktif.

3. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi model pencapaian konsep adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana guru melihat dan memperlakukan siswa, termasuk bagaimana mereka bertindak terhadap mereka. Prinsip-prinsip reaksi ini adalah sebagai berikut:

Memberikan dukungan dengan menekankan sifat hipotesis dari diskusi yang berlangsung.

Membantu siswa mempertimbangkan hipotesis dari yang lainnya.

Memusatkan perhatian siswa pada contoh tertentu.

Membantu siswa berbicara tentang dan menilai strategi berpikir yang mereka gunakan.

4. Sistem Pendukung

Sistem yang mendukung model pencapaian konsep mencakup semua sarana, bahan, dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut. Sarana pendukung dapat berupa gambar, foto, diagram, slide, tape, LKS, dan data yang terpilih yang disusun dalam bentuk unit yang berfungsi.

5. Dampak Instruksional dan Pengiring

Dampak instruksional model pencapaian konsep adalah hasil belajar yang dihasilkan langsung dari mengarahkan siswa ke tujuan yang diharapkan. Dampak pengiring model pencapaian konsep adalah hasil belajar lainnnya yang dihasilkan oleh proses pembelajaran, yang memungkinkan siswa mengalami proses belajar secara langsung tanpa bimbingan langsung dari guru. (Joice dan Well,1992: 153-155).

  1. Tujuan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep

Menurut Ni Made dalam Widiastuti (2014: 24) Tujuan dari penerapan model pembelajaran pencapaian konsep dalam proses pembelajaran adalah untuk menciptakan suasana yang responsive antara siswa dan guru serta antara siswa dan guru. Ini akan mendorong siswa untuk menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mereka.

Namun, menurut Usman dalam Widiastuti (2014: 24), ada dua tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran pencapaian konsep:

1. Tujuan Isi

Menurut Eggen dan Kauchak dalam Huda (2014: 84), tujuan isi dari model pembelajaran pencapaian konsep adalah untuk memperkaya suatu konsep. Selain itu, akan bermanfaat bagi siswa untuk memahami hubungan antara konsep-konsep yang terkait dan digunakan untuk review. Dengan kata lain, penggunaan model pembelajaran pencapaian konsep ini akan lebih efektif jika siswa sudah tahu tentang konsep yang akan dipelajari daripada jika mereka baru saja mempelajarinya. Untuk menerapkan model pembelajaran pencapaian konsep ini, dua hal penting yang harus diperhatikan adalah:

Model pembelajaran pencapaian konsep dirancang untuk mengajar konsep secara eksklusif. Oleh karena itu, fokusnya hanya pada pembelajaran konsep.

Siswa harus memiliki pengetahuan sebelumnya tentang konsep yang diajarkan melalui model pembelajaran pencapaian konsep.

2. Tujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

Dalam model pembelajaran pencapaian konsep, siswa dilatih untuk berpikir kritis dengan menguji hipotesis. Pembelajaran ini harus menekankan pada analisis siswa terhadap hipotesis yang ada dan alasan mengapa hipotesis tersebut diterima, diubah, atau ditolak. Siswa harus dilatih dalam membuat kesimpulan, termasuk membuat atau memberi contoh penyangkal atau non-contoh.

Oleh karena itu, dua komponen ini harus menjadi fokus pembelajaran: pengembangan konsep dan korelasi antara konsep; dan latihan berpikir kritis, khususnya untuk merumuskan dan menguji hipotesis. Guru harus tahu apa yang diinginkan siswanya, yang merupakan bagian penting dari perencanaan pelajaran. Konsep unik atau khusus, hakikat konsep, penalaran logis, berpikir kritis, dan keterampilan komunikasi adalah hasil belajar yang dapat dicapai dengan menggunakan model pemerolehan konsep ini.

  1. Strategi Model Pembelajaran Pencapaian Konsep

Menurut Bruce et al. (2011), ada dua cara yang dapat digunakan untuk melihat dan mengumpulkan informasi tentang strategi yang digunakan siswa untuk mendapatkan konsep. Untuk melanjutkan latihan, pertama-tama kita dapat meminta mereka untuk membagikan ide-ide mereka. Dengan menggambarkan ide-ide yang mereka buat, karakteristik yang mereka fokuskan, dan mengubah apa yang mereka buat, misalnya. Kedua, kita dapat meminta siswa menulis hipotesis mereka sendiri. Mereka juga diminta untuk menyerahkan catatan kepada kita yang dapat kita analisis.

  1. Faktor Yang Mempengaruhi Model Pembelajaran Pencapaian Konsep

Dalam penelitian mereka tentang pencapaian konsep, Bruner dan rekannya menemukan enam awal pemikiran yang berbeda yang digunakan untuk mencapai konsep dan lima faktor yang mempengaruhi pilihan strategi ini, menurut Siddiqui dan Khan (2007: 20). Kelima komponen berikut mempengaruhi perilaku pencapaian konsep:

1. Pengertian tugas

Faktor awal yang memengaruhi pemahaman siswa, seperti apakah siswa mencari untuk mempelajari suatu konsep atau hanya kumpulan fakta-fakta yang berbeda, tingkat keakraban siswa dengan dan predileksi untuk elemen yang relevan dari konsep, dan tingkat pemahaman konsep yang dicari oleh siswa.

2. Sifat contoh yang ditemui

Jumlah dan jenis karakteristik contoh dan bukan contoh; urutan dan frekuensi penyajian contoh dan non-contoh; jumlah informasi yang diperlukan untuk memastikan pencapaian konsep; dan kemampuan subjek untuk mengontrol urutan dan waktu contoh dan non-contoh.

3. Sifat validasi

sumber, frekuensi, kedekatan, ambiguitas, dan validasi langsung atau tidak langsung

4. Mengantisipasi konsekuensi dari pengkategorian

Konsekuensi yang diantisipasi dan nilai-nilai yang diharapkan dari konsekuensi ini

5. Sifat pembatasan yang dikenakan

pemilihan strategi dan kondisi di mana subjek harus bekerja yang dikenakan oleh pembatasan.

  1. Tipe dan Tingkat Model Pembelajaran Pencapaian Konsep

Model perolehan konsep berorientasi seleksi menetapkan siswa sebagai pembelajar yang aktif dalam memperoleh konsep. Model materi tidak terorganisasi menetapkan siswa sebagai pembelajar yang aktif dalam memperoleh konsep. Namun, konsep dibagi menjadi empat tingkat pencapaian (Dahar, 1996):

1. Tingkat spesisfik

Pengenalan anak terhadap sesuatu yang sebelumnya ia kenal menunjukkan pencapaian tingkat ini. Misalnya, seorang anak bermain kelereng sekali dan menemukannya lagi di tempat lain. Setelah mengetahui bahwa itu adalah kelereng, anak tersebut telah mencapai tingkat konkret. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa anak juga mampu membedakan stimulus di sekitarnya dari kelereng tersebut. Pada titik ini, anak-anak sudah memiliki kemampuan untuk menyimpan gambaran mental dalam struktur kognitifnya.

2. Tingkat kesesuain

Apabila seseorang mengenal suatu objek setelah selang waktu tertentu, memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek tersebut, atau ketika indranya menentukan objek tersebut dengan cara yang berbeda, seseorang dapat dianggap telah mencapai tingkat konsep identitas. Misalnya, menjadi akrab dengan kelereng dengan memainkannya daripada hanya melihatnya.

3. Tingkat klasifikasi.

Pada tingkat ini, anak-anak sudah mampu memahami persamaan dalam contoh yang berbeda tetapi dalam kelas yang sama. Misalnya, mereka sudah mampu membedakan antara apel yang telah dimasak dan apel yang masih mentah.

4. Tingkat formal.

Pada tingkat ini, anak-anak sudah mampu membatasi ide dengan ide lain, membedakannya, menentukan karakteristiknya, dan bahkan mengevaluasi atau memberikan contoh secara lisan.

  1. Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep

Dengan menggunakan model pencapaian konsep untuk membangun sebuah konsep, diharapkan siswa dapat mengingat kembali dan membuat hubungan antara konsep baru dan konsep lama. Setiap model pembelajaran yang populer di sekolah memiliki keunggulan dan kekurangan. 

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, guru harus kreatif saat memilih model pembelajaran. Pembelajaran yang tidak efektif dan materi yang diajarkan sulit dipahami oleh semua siswa akan terjadi jika model pembelajaran yang salah dipilih. Menurut Widoko (2001), manfaat dan kekurangan model peraihan konsep adalah sebagai berikut:

Keuntungan model pembelajaran pencapaian konsep, sebagai berikut:

1. Guru memberikan presentasi langsung tentang materi yang akan dipelajari siswa, memberi siswa parameter untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Konsep pencapaian membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang materi, membantu mereka menghubungkannya ke kerangka yang ada.

3. Meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Kekurangan model pembelajaran concept attainment, sebagai berikut:

1. Siswa yang memiliki kemampuan pemahaman rendah akan kesulitan mengikuti pelajaran karena mereka diminta untuk menyelesaikan masalah.

2. Penyajian data guru menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran.

  1. Implementasi Model Pembelajaran Pencapaian Konsep

Model pencapaian konsep lebih banyak digunakan dalam pembelajaran matematika, kimia, fisika, dan bidang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun