"Andi, Vano, jangan ulangi perbuatan seperti itu tadi ya? Mencuri, berbuat usil, iri hati, dan ingin memfitnah teman itu perbuatan dosa, singkirkan jauh-jauh dari diri kalian. Sekarang kalian minta maaf pada Kak Iqbal," nasehat Pak Ustadz sambil mengelus kepala Andi dan Vano.
Andi dan Vano beringsut mendekati Kak Iqbal.
"Kak Iqbal maafkan kesalahan kami ya." Andi dan Vano bersalaman dengan Kak Iqbal," Abi, Adam, Fatih, dan juga teman-teman yang pernah kami sakiti, kami minta maaf ya..." lanjut mereka. Pak Ustadz merasa gembira dan lega karena Andi dan Vano telah menyadari perbuatan mereka.
Sementara itu Kak Iqbal yang masih penasaran terlihat mendekati Ustadz Basyori.
"Pak Ustadz kok bisa tahu sih kalau pencurinya Andi dan Vano?" tanya Kak Iqbal.
"Gampang saja, saya hanya menjalankan strategi untuk menakut-nakuti anak-anak saja. Tidak mungkin ada tulisan yang muncul di telapak tangan pada anak yang tidak mencuri. Nah, Andi dan Vano yang merasa bersalah tentu mempercayai hal ini, ia takut ketahuan. Maka ia menulisi telapak tangan mereka sendiri, berarti merekalah pencurinya," kata Pak Ustadz sambil tersentum.
"Wah, Pak Ustadz ini rupanya berbakat jadi detektif ya." Kak Iqbal merasa kagum.
"Ya, untuk membuat jera anak-anak nakal ha ha ha." Pak Ustadz tertawa berderai.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H